Bisnis.com, JAKARTA — Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) menargetkan perolehan penjualan Surat Berharga Negara atau SBN ritel tembus hingga Rp160 triliun pada 2024.
Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu Deni Ridwan menjelaskan bahwa pihaknya meningkatkan target penjualan SBN ritel dari realisasi penerbitan sepanjang 2023 sebanyak Rp147,42 triliun.
"Alokasi penerbitan SBN ritel sekitar Rp140 triliun—160 triliun untuk tahun ini. Mudah-mudahan bisa kami kembangkan ya," ujar Deni kepada Bisnis saat ditemui di kantornya, dikutip pada Kamis (7/3/2024).
Deni menyebut ada tantangan tersendiri dalam penerbitan SBN ritel tahun ini. Pertumbuhan kredit perbankan yang kian meningkat membuat alokasi pembelian SBN ritel oleh bank juga semakin berkurang.
Diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat pinjaman yang dicairkan perbankan pada awal tahun ini atau Januari 2024 tumbuh pesat di level 11,83% secara tahunan (year-on-year/YoY). Pertumbuhan kredit hingga double digit itu terdorong oleh penawaran dan permintaan pinjaman yang kuat.
"Tantangan kami sebetulnya hampir sama dengan surat utang yang non-ritel. Karena sekarang kan ekonomi sudah mulai membaik, kita lihat dengan kondisi seperti ini, pertumbuhan kredit bank sudah double digit sekarang ya, di angka 11%—12%," ujarnya.
Baca Juga
Menurutnya, hal itu juga positif karena bisnis perbankan memang berasal dari penyaluran kredit. Namun, hal itu juga menyebabkan alokasi dana yang perbankan tempatkan di SBN ritel menjadi relatif lebih terbatas.
"Kami sebagai penerbit juga menjadi tantangan ya, artinya dukungan dari perbankan tidak akan sebesar tahun lalu," jelas Deni.
Lebih lanjut dia mengatakan, tantangan penerbitan SBN ritel juga datang dari likuiditas di pasar yang akan semakin terbatas dibandingkan tahun lalu. Selain itu, dengan kondisi ekonomi RI yang semakin pulih, maka tren investasi masyarakat di SBN ritel juga akan beralih.
"Nah, jadi untuk SBN ritel pun saya pikir akan ada tantangan seperti itu juga, mungkin masyarakat sudah mulai ingin mengembangkan bisnis. Kalau sebelumnya mereka taruh dana di SBN, untuk bisnis mungkin mereka akan mengurangi atau membatasi investasi di SBN," ujarnya.
Kendati dibayangi berbagai tantangan tersebut, Kemenkeu optimistis dapat mencapai target penerbitan SBN ritel sebesar Rp140 trilun—160 triliun tahun ini.
"Mudah-mudahan masih bisa kami capai karena dengan melihat track record selama ini, kita bisa tumbuh antara 20%—30% per tahun untuk investor ritel,” pungkas Deni.
Adapun, tahun ini Kemenkeu akan merilis 8 seri SBN ritel yakni seri Obligasi Negara Ritel (ORI), Savings Bond Ritel (SBR), Sukuk Tabungan (ST), Sukuk Ritel (SR), dan CWLS Ritel.