Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa ke 7.373, Ini Sebabnya

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menyentuh rekor all time high (ATH) atau tertinggi sepanjang masa.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menyentuh rekor all time high (ATH) atau tertinggi sepanjang masa di level 7.373,96 pada perdagangan hari ini, Kamis (7/3/2024). Sejumlah sentimen baik dari global maupun domestik turut memengaruhi IHSG.

Adapun, level ATH pada hari ini melampaui level tertinggi sebelumnya pada penutupan perdagangan 4 Januari 2024 di posisi 7.359,76.

IHSG hari ini terpantau menguat 0,60% atau 44,16 poin menjadi 7.373,96 pada akhir perdagangan. Sepanjang sesi, indeks komposit bergerak di rentang 7.334,30—7.386,87.

Sebanyak 25,59 miliar saham diperdagangkan dengan volume sebanyak 1,26 juta kali. Alhasil, nilai transaksi saham hari ini tembus Rp11,63 triliun.

Kenaikan IHSG menjadi yang tertinggi saat Bursa Asia kompak melemah. Nikkei 225 Jepang turun 1,23%, Hang Seng Index Hong Kong turun 1,27%, dan Straits Time Singapura terkoreksi 0,08%.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, penyebab menguatnya IHSG hari ini hingga menembus level ATH, dari sentimen global yaitu kebijakan Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang menerapkan kebijakan moneter ekspansif.

“Penguatan IHSG hari ini sebenarnya lebih dipengaruhi oleh katalis positif dari komitmen The Fed untuk menerapkan pivot policy dalam hal ini expansionary monetary policy pada tahun ini,” ujar Nafan kepada Bisnis, Kamis (7/3/2024).

Sebagai informasi expansionary monetary policy atau kebijakan moneter ekspansif adalah langkah otoritas moneter untuk memperluas jumlah uang beredar dan meningkatkan aktivitas perekonomian dengan mempertahankan suku bunga rendah untuk mendorong pinjaman oleh perusahaan, individu, dan bank

Ketua The Fed, Jerome Powell menyampaikan laporan kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) di hadapan Kongres Senat dan DPR. Adapun, Powell menyatakan bahwa kondisi ekonomi masih belum pasti, kendati pasar tenaga kerja melunak dan inflasi turun signifikan, namun masih bergerak di atas target 2%.

“Sementara itu kalau dari domestik masih terkait dengan data cadangan devisa yang masih relatif sesuai dengan ekspektasi. Masih relatif cukup banyak dan memadai dalam rangka menstabilkan nilai tukar rupiah,” jelasnya.

Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa pada akhir Februari 2024 mencapai US$144,0 miliar, turun dari posisi pada akhir Januari 2024 yang sebesar US$145,1 miliar. 

Posisi cadangan devisa pada Februari 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Sementara itu untuk perdagangan besok, Jumat (8/3/2024) menurutnya pasar menantikan rilis data Non-farm Payroll (NFP) AS. Selain itu, investor perlu mewaspadai aksi profit taking jelang libur panjang menyambut Ramadan.

"Saya memprediksi level support IHSG di 7.332 dan 7.287. Sedangkan level resistance di posisi 7.404 dan 7.487," pungkas Nafan.

Fund Manager Janus Henderson Group, Sat Duhra menambahkan, saham-saham material dan infrastruktur termasuk di antara yang memperoleh keuntungan terbesar hingga mendorong IHSG tembus rekor all time high dan melampaui rekor pada Januari 2024 lalu.

"Saham-saham Indonesia naik ke rekor tertinggi, didukung oleh optimisme terhadap prospek negara di tengah dorongan para pemimpin negara untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi," ujar Sat Duhra dikutip dari Bloomberg, Kamis (7/3/2024).

Lebih lanjut dia mengatakan, kejelasan Pemilu juga mendukung kondisi makroekonomi RI, di mana investor sekarang berasumsi bahwa kebijakan ekonomi sebagian besar tidak akan berubah. Kendati hasil resmi pemungutan suara akan diumumkan pada 20 Maret 2024, namun menurutnya pelaku pasar masih optimistis Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi 8%.

-----------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper