Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa sektor basic materials dan finansial mendominasi pipeline obligasi sampai dengan periode 1 Maret 2024.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan ada 14 emisi dari 10 penerbit Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) yang masuk pipeline obligasi.
Dari jumlah tersebut, sektor basic materials menyumbang 4 perusahaan penerbit, sektor finansial sebanyak 3 perusahaan, sektor energi 2 perusahaan, dan 1 perusahaan dari sektor industri.
“Sedangkan hingga saat ini, telah diterbitkan 15 emisi dari 13 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp15,3 triliun,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Minggu (3/3/2024).
Sementara itu, dalam perkembangan lain, otoritas bursa melaporkan sebanyak 4 perusahaan tercatat telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp3,08 triliun. Total perusahaan yang masuk pipeline right issue saat ini berjumlah 24 perusahaan.
Nyoman menjelaskan bahwa secara sektoral, sebanyak 8 perusahaan dari konsumer siklikal masuk dalam antrean right issue, lalu diikuti 5 perusahaan di sektor finansial, sementara sektor konsumer nonsiklikal dan energi masing-masing menyumbang 4 perusahaan.
Baca Juga
Adapun perusahaan di sektor basic materials, sektor infrastruktur, serta sektor transportasi dan logistik masing-masing memiliki 1 perusahaan yang masuk daftar tunggu rights issue.
Di sisi lain, BEI melaporkan sebanyak 19 perusahaan telah mencatatkan saham di BEI dengan total dana terhimpun Rp3,45 triliun per 1 Maret 2024. Di sisi lain, sebanyak 17 perusahaan masih dalam antrean untuk melantai di bursa.
Nyoman mengatakan bahwa dari 17 perusahaan yang siap melantai di BEI, terdapat dua perusahaan yang memiliki aset berskala besar atau di atas Rp250 miliar.
Sementara itu, mayoritas atau 14 perusahaan yang masuk dalam pipeline terdaftar sebagai perusahaan berskala menengah dengan aset di rentang Rp50 miliar hingga Rp250 miliar. Adapun terdapat 1 perusahaan breast kecil atau di bawah Rp50 miliar.