Bisnis.com, JAKARTA - Pasar obligasi diprediksi mendapatkan angin segar hingga akhir tahun, usai hasil quick count Pilpres 2024 sudah menemui titik terang. Sederet sentimen baik dari domestik maupun global pun turut memengaruhi pasar surat utang Indonesia.
Head of Fixed Income Research Sinarmas AM Fikri Syuhada mengatakan, terkait Pemilu saat ini sudah cukup jelas arahnya, dan ke depan kondisi politik di Indonesia diprediksi akan lebih stabil seiring dengan Pemilu yang berlangsung satu putaran.
Sebagaimana diketahui paslon nomor 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul dalam quick count Pilpres di berbagai lembaga survei dengan rata-rata di atas 50%.
“Karena juga Pemilunya satu putaran, kami melihat harusnya investor asing juga justru malah akan masuk ke pasar obligasi Indonesia kembali,” ujar Fikri dalam market outlook Kamis (15/2/2024).
Adapun, Bank Indonesia (BI) mencatat selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen hingga 7 Februari 2024, nonresiden atau investor asing melakukan beli neto atau net buy Rp0,25 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Sementara itu, dari sentimen global menurutnya investor perlu mencermati waktu pemangkasan suku bunga dari Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed). Adapun, The Fed diproyeksikan akan memangkas suku bunga setidaknya tiga kali tahun ini.
Baca Juga
Pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Januari 2024, Bank Sentral AS itu masih menahan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5%. Pasar berekspektasi bahwa suku bunga The Fed akan turun mulai Mei 2024, namun inflasi AS masih di atas target 2%.
AS mencatat inflasi tahunan pada Januari 2024 di level 3,1%, atau lebih rendah dari posisi Desember 2023 sebesar 3,4%. Meskipun angka inflasi lebih rendah, namun masih di atas proyeksi konsensus sebesar 2,9%.
Pada periode yang sama, inflasi inti AS yang tidak termasuk komponen bergejolak, seperti makanan dan energi stagnan di level 3,9%.
"Oleh sebab itu, kami memproyeksikan yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun di kisaran 6%-6,7% hingga akhir tahun 2024," katanya.
Adapun, Fikri memprediksi penerbitan SBN ritel akan tembus hingga Rp150 triliun hingga akhir tahun 2024. Sedangkan per akhir tahun 2023, realisasi penerbitan SBN ritel sebesar Rp147,42 triliun.
“Saya melihat di tahun 2024 SBN ritel justru malah akan naik karena memang demand dari masyarakat masih relatif tinggi seiring dengan peningkatan literasi finansial di Indonesia," pungkas Fikri.