Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten perkebunan dan olahan CPO favorit Lo Kheng Hong, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT), melesat seiring dengan kabar divestasi oleh pemegang sahamnya.
Pada perdagangan Kamis (29/2/2024) pukul 09.02 WIB, saham ANJT melesat 15% atau 105 poin menjadi Rp805. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp2,70 triliun. Sepanjang 2024, saham ANJT naik 10,07% dari sebelumnya melemah sekitar 6%.
Saham ANJT melesat setelah kabar rencana pemegang sahamnya melepas kepemilikan di harga premium.
Dua pemilik utama PT Austindo Nusantara Jaya dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menjual saham mereka di perusahaan minyak sawit tersebut dan mencari nilai $400 juta hingga $500 juta, mengutip Bloomberg.
Pemegang sahamnya yang ingin menjual kepemilikannya di ANJT ialah PT Austindo Kencana Jaya dan PT Memimpin Dengan Nurani, yang keduanya memiliki masing-masing 40,85% saham di ANJT.
Dengan perhitungan Jisdor pada Rabu (28/2/2024) di evel Rp15.673 per dolar AS, maka nilai transaksi yang ingin dicapai US$400 juta-US$500 juta setara dengan Rp6,26 triliun-Rp7,83 triliun. Nilai tersebut jauh di atas kapitalisasi pasar ANJT saat ini.
Baca Juga
Pertimbangan sedang berlangsung dan pemegang saham dapat memutuskan untuk tidak melakukan penjualan, kata sumber Bloomberg tersebut.
Perwakilan ANJ mengatakan perusahaan tidak mengetahui masalah ini dan belum menerima informasi mengenai keputusan penjualan. Sementara itu, dua pemegang saham utama tidak dapat dihubungi.
ANJ memiliki cadangan lahan seluas lebih dari 150.000 hektar pada akhir tahun 2022, sekitar sepertiganya telah ditanami. Kelapa sawit dewasa produktif mencakup 86% area yang ditanami.
ANJ didirikan pada tahun 1993 dengan nama Austindo Teguh Jaya dan berubah nama menjadi ANJ lima tahun kemudian. Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013.
ANJT juga membudidayakan sagu dan edamame, dan memiliki pabrik biogas untuk pengoperasian energi terbarukannya.
Target ANJT 2024
Sementara itu, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) mengincar pertumbuhan kinerja pada 2024 seiring dengan peningkatan harga komoditas CPO dan volume produksi.
Direktur Utama ANJT Lucas Kurniawan menyampaikan pihaknya optimis prospek industri CPO pada 2024 akan lebih baik dibandingkan dengan 2023. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor.
Pertama, faktor utama yang akan memengaruhi indutri CPO pada tahun 2024 adalah akibat El Nino yang terjadi pada tahun 2023. El Nino diperkirakan akan berdampak pada penurunan produksi kelapa sawit dalam 1 hingga 2 tahun ke depan sehingga menyebabkan pasokan CPO menjadi lebih terbatas, yang berpotensi meningkatkan harga.
Kedua, kebijakan green energy yang semakin meluas secara global, mengharuskan masing-masing negara untuk mencari sumber energi baru terbarukan, di antaranya biodiesel. Kenaikan permintaan CPO untuk bahan baku biodiesel dapat menjadi katalis positif untuk harga CPO.
"Ketiga, menurut pandangan kami, semakin tinggi permintaan atas produk yang berkelanjutan seiring keluarnya kebijakan EUDR (aturan bebas deforestasi yang diterapkan Uni Eropa), dapat membuat persaingan usaha semakin tersegmentasi. Hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan sawit yang telah berkomitmen menjalankan praktik keberlanjutan yang terbaik," paparnya kepada Bisnis pada awal 2024.
Direktur Utama ANJT Lucas Kurniawan
Pada 2024, target produksi Tandan Buah Segar (TBS) ANJTmeningkat antara 5%-6% dibanding produksi TBS di 2023. Hal ini didorong oleh peningkatan produksi tanaman muda di perkebunan Papua Barat Daya dan tanaman muda hasil replanting di perkebunan Pulau Belitung dan Sumatera Utara I, serta tanaman prima di perkebunan Kalimantan Barat.
Pada tahun 2024, ANJT akan melanjutkan sejumlah proyek strategis yang dilakukan untuk peningkatan produktivitas, di antaranya proyek laterisasi jalan di perkebunan Papua Barat Daya, program penanaman kembali di PT Sahabat Mewah dan Makmur (SMM) dan PT Austindo Nusantara Jaya Agri (ANJA).
"Diharapkan dengan peningkatan produktivitas, ANJ dapat memaksimalkan laba dengan memanfaatkan harga yang diproyeksikan akan lebih tinggi pada tahun depan," imbuh Lucas Kurniawan.
Sementara itu, ANJT melaporkan pertumbuhan kinerja operasional sepanjang Januari-November 2023.
Dalam laporan operasional 11 bulan 2023, ANJT mencatatkan pertumbuhan produksi. Produksi tandan buah segar per November 2023 mencapai 814.341 ton, naik 5,37% year on year (yoy) dari 772.779 ton per November 2022.
Produksi CPO juga meningkat 3,84% menjadi 262.866 per November 2023, dibandingkan dengan sebelumnya 253.141 ton.
Sementara itu, produksi palm kernel (PK) turun menjadi 48.303 ton dari sebelumnya 45.700 ton, tetapi produksi palm kernel oil (PKO) naik menjadi 1.392 ton dari sebelumnya 1.007 ton.
"Rerata ekstraksi minyak kelapa sawit [OER] naik menjadi 20,7% per November 2023 dari 20,1% per November 2022," tulis laporan ANJT.
Poto Lo Kheng Hong dengan produk edamame ANJT.
Pada Januari-November 2023 jumlah area perkebunan kelapa sawit yang dimiliki perusahaan mencapai 154.650 hektare (ha). Jumlah area tertanam inti (milik sendiri) 48.602 ha, dan plasma (kemitraan) mencapai 5.005 ha.
Perincian luasan area tertanam terbagi atas 5 lokasi perkebunan, yakni Pulau Belitung 14.306 ha, Sumatera Utara I 9.362 ha, Sumatera Utara II 7.752 ha, Sumatera Selatan 724 ha, Kalimantan Barat 9.051 ha, dan Papua Barat Daya 7.407 ha.
"Jumlah area yang ditanam kembali di Belitung dan Binanga [Sumatera Utara I] per November 2023 mencapai 10.707 ha," dikutip dari laporan tersebut.
Sementara itu, luasan area tanaman yang menghasilkan mencapai 43.400 ha kebun inti, dan 4.947 ha kebun plasma. Luasan kebun produktif naik dari posisi per November 2022 masing-masing 42.271 ha dan 4.123 ha.
Sebagai catatan, Lo Kheng Hong merupakan salah satu pemegang saham publik terbesar ANJT dengan porsi kepemilikan 0,15% dari seluruh saham yang beredar atau setara 5,11 juta saham per akhir 2022. Posisi Lo Kheng Hong berada di peringkat ketiga investor publik setelah PT Prudential Life Assurance sebesar 2,45% dan Budi Yasa 0,73%.