Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Austindo Nusantara (ANJT) yang Lepas 11,88% Saham Moon Lion

Austindo Nusantara Jaya (ANJT) melepas 11,88% kepemilikan sahamnya di PT Moon Lion Industries Indonesia dengan total nilai transaksi mencapai Rp68,91 miliar.
Foto perkebunan sawit PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT). Perseroan melepas 11,88% kepemilikan sahamnya di PT Moon Lion Industries Indonesia. Istimewa
Foto perkebunan sawit PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT). Perseroan melepas 11,88% kepemilikan sahamnya di PT Moon Lion Industries Indonesia. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perkebunan sawit portofolio Lo Kheng Hong, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) melepas 11,88% kepemilikan sahamnya di PT Moon Lion Industries Indonesia dengan total nilai mencapai Rp68,91 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan ANJT Naga Waskita mengungkapkan bahwa penandatanganan akta jual beli saham tersebut berlangsung pada hari ini, Selasa (22/4/2025).

Secara terperinci, Naga menuturkan bahwa seluruh saham ANJT di Moon Lion Industries yang mencapai 11,8% resmi dilepas ke Chun Yu Works & Co., Ltd sebanyak 376.523 saham dan 100.000 saham kepada Mintarto Halim.

“Pembayaran dari Chun Yu Works & Co., Ltd sebesar Rp69.019.167.000 [Rp69,01 miliar] dan pembayaran dari Mintarto Halim sebesar Rp2.900.000.000 [Rp2,9 miliar],” ujar Naga dalam surat kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dengan demikian, emiten yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit ini akan mengantongi total dana sebesar Rp68,91 miliar dari aksi korporasi tersebut.

ANJT tercatat membukukan laba bersih sebesar US$9,2 juta atau setara Rp148 miliar (mengacu pada kurs Jisdor Rp16.157 per dolar AS per 31 Desember 2024). Angka ini meningkat 106,7% dibandingkan 2023 yang sebesar US$4,4 juta.

Meski laba bersih melonjak, pendapatan ANJT tercatat turun tipis sebesar 0,31% menjadi US$236,8 juta pada 2024, dari sebelumnya US$237,5 juta di 2023.

Manajemen ANJT menjelaskan penurunan produksi di negara-negara produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia telah menyebabkan pasokan crude palm oil (CPO) global berkurang, yang kemudian mendorong kenaikan harga acuan CPO pada 2024.

Sejalan dengan tren tersebut, produksi CPO perseroan turun 13,5%, dari 283.651 metrik ton di 2023 menjadi 245.395 metrik ton sepanjang tahun lalu. Penurunan ini terutama disebabkan oleh dampak El Nino pada 2023 yang memengaruhi produksi perkebunan di Pulau Belitung, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan.

Selain itu, manajemen menyampaikan bahwa curah hujan tinggi dan banjir turut mengganggu operasional perkebunan di Sumatera Utara II dan Papua Barat Daya.

Direktur Keuangan ANJT Nopri Pitoy menyatakan bahwa sepanjang tahun ini, perseroan menargetkan peningkatan produksi CPO sebesar 15% dibandingkan 2024.

Target ini akan didukung oleh peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) dari kebun inti, pembelian TBS dari pihak eksternal, dan proyeksi hasil dari tanaman muda hasil program replanting yang telah dijalankan dalam beberapa tahun terakhir.

“Hingga akhir 2024, kami telah melakukan replanting seluas 12.635 hektare, dan lebih dari separuhnya sudah menghasilkan. Kami akan terus melanjutkan program ini di perkebunan Pulau Belitung dan Sumatera Utara I,” ucapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper