Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka terkoreksi ke level Rp15.595 per dolar AS pada perdagangan Jumat (23/2/2024). Mata uang kawasan Asia terpantau bervariasi, sedangkan dolar AS terjungkal pada pagi ini.
Berdasarkan data Bloomberg Jumat (23/2/2024) pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka melemah 0,04% atau 5,5 poin ke level Rp15.595 per dolar AS, setelah ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau turun 0,06% di posisi 103,89 pada pagi ini.
Adapun, beberapa mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS, misalnya, yen Jepang menguat 0,05%, dolar Singapura naik 0,05%, yuan China menguat 0,03%, dan rupee India menguat 0,15%.
Sementara itu, mata uang Asia yang terkoreksi pagi ini yakni dolar Taiwan turun 0,09%, won Korea melemah 0,02%, peso Filipina merosot 0,14%, dan ringgit Malaysia turun tipis 0,01%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pada perdagangan hari ini, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.550-Rp15.620.
Menurutnya, risalah pertemuan The Fed pada akhir Januari 2024, yang dirilis pada hari Rabu (21/2) menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk mulai menurunkan suku bunga lebih awal.
Baca Juga
Alhasil, komentar pejabat The Fed tersebut membuat sebagian besar pelaku pasar menghapus ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Maret dan Mei 2024, sekaligus meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil pada bulan Juni 2024.
"Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang sebesar 53,6% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Juni, dan peluang sebesar 28,7% agar suku bunga tetap stabil. Yang terakhir ini naik dari peluang 19,7% yang terlihat minggu lalu," ujar Ibrahim dalam riset dikutip Jumat, (23/2/2024).
Lebih lanjut Ibrahim mengatakan, investor menunggu apakah pemerintah China akan meluncurkan langkah-langkah stimulus lebih lanjut. Sejumlah langkah dukungan dari pemerintah China telah mendorong peningkatan komoditas dalam beberapa sesi terakhir. Pasalnya, perekonomian China melemah selama tiga tahun terakhir.
Dari sentimen dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dari prakiraan, yakni di kisaran 4,7%-5,5% pada tahun ini. Pada kuartal IV/2023, pertumbuhan tercatat sebesar 5,04% year-on-year (yoy), meningkat dari 4,94% yoy pada kuartal sebelumnya.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi RI tahun 2023 mencapai 5,05% yoy. Adapun dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu (21/2/2024) suku bunga acuan atau BI Rate resmi ditahan di level 6%