Bisnis.com, JAKARTA – Saham BUMN Konstruksi, yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) turun kelas ke kategori microcap dalam FTSE Global Equity Index periode Maret 2024.
The Financial Times Stock Exchange (FTSE) adalah indeks global yang menjadi 1 dari 3 provider besar. Indeks tersebut menyediakan tolok ukur yang inovatif, analisa dan solusi data bagi investor di seluruh dunia selama lebih dari 30 tahun.
Adapun, saham yang masuk ke dalam kriteria FTSE dinilai memiliki fundamental yang kuat serta likuiditas yang baik. Alhasil, saham yang masuk indeks tersebut berpotensi menjadi pertimbangan investor, terutama investor asing.
Perubahan tersebut terjadi pada saham-saham kategori kapitalisasi besar (large cap), kapitalisasi menengah (mid cap), kapitalisasi kecil (small cap), dan kapitalisasi mikro (microcap).
Dalam hal ini, saham ADHI, PTPP, dan WIKA turun kelas dan masuk ke dalam kategori microcap bersama dengan saham lainnya, yakni ADMF, AUTO, HOKI, POWR, SMMT, INDY, KIJA, MMLP, META, PTRO, RALS, SAME, SSMS, SMSM, dan TAPG.
Sementara itu, untuk kategori large cap, saham CUAN masuk menggantikan ADRO dan MDKA yang kini keduanya masuk kategori mid cap menggantikan saham SCMA. Adapun saham SCMA turun ke kategori small cap menggeser saham ADHI, PTPP, RALS, dan WIKA.
Baca Juga
Dalam laporan Tinjauan Kuartalan FTSE Global Equity Index Maret 2024, tim FTSE menyebutkan perubahan ini akan berlaku efektif pada Senin, 18 Maret 2024 atau setelah penutupan bisnis pada Jumat, 15 Maret mendatang.
Di sisi lain, perubahan tinjauan indeks dapat direvisi hingga penutupan perdagangan 1 Maret 2024, atau efektif per 4 Maret 2024 perubahan tinjauan akan dianggap final.
Perubahan berikutnya secara umum hanya akan bersifat final, dan dipertimbangkan dalam keadaan luar biasa, sesuai kebijakan serta pedoman penghitungan ulang FTSE Russell.
Dalam perkembangan lain, ADHI diketahui membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp37,4 triliun sepanjang 2023, atau naik 58% secara tahunan (year-on-year/YoY). Raihan tersebut melampaui target yang telah ditetapkan perusahaan.
Pada periode yang sama, PTPP mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp31,67 triliun sepanjang 2023. Meski bertumbuh 1,54% dibandingkan dengan capaian tahun 2022, jumlah ini masih kurang dari target yang ditetapkan perusahaan yakni Rp34,5 triliun.
Adapun WIKA membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp29,1 triliun pada 2023. Pada tahun ini, perseroan menargetkan kontrak baru pada kisaran Rp25 triliun hingga Rp27 triliun dan berupaya mengoptimalkan berbagai terobosan untuk proyek di IKN Nusantara.
----------------------------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.