Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) 2023 berhasil melampaui ekspektasi sejumlah sekuritas. OCBC Sekuritas pun merekomendasikan beli dengan target harga saham Rp1.500.
Sepanjang 2023, BBTN mencatat laba bersih sebesar Rp3,5 triliun atau naik 15% year-on-year (yoy). Tim riset OCBC Sekuritas yang meliputi Budi Rustanto dan Farrell Nathanael mengatakan capaian itu melebihi perkiraan mereka sebesar 110,7% atau perkiraan konsensus sebesar 107,7%.
Tim riset OCBC Sekuritas berpendapat manajemen BBTN telah melakukan strategi yang tepat di tengah ketatnya pasar likuiditas. BBTN fokus pada pinjaman dengan imbal hasil tinggi yaitu usaha rakyat kredit (KUR), kredit kepemilikan rumah untuk segmen komersial, dan kredit lunak (KRING). Strategi ini menghasilkan imbal hasil pinjaman yang lebih tinggi sebesar 8,12% pada 2023.
Selain itu, pendapatan operasional lainnya melonjak 71,1% YoY menjadi Rp3,89 triliun pada tahun 2023, menyumbang 12,2% dari total pendapatan, terutama yang bersumber dari keuntungan transaksi dan pemulihan treasury.
“BBTN juga berkembang karena mendapatkan sumber pendapatan non-bunga baru. Mereka berhasil memanfaatkan bisnis perbankan transaksi grosir dengan 5 fokus ekosistem, yaitu pendidikan, kesehatan, perdagangan, kawasan industri, dan properti terkait. Sementara itu, biaya operasional turun tipis 4,5% YoY menjadi Rp9,02 triliun pada 2023 dengan rasio biaya terhadap pendapatan lebih rendah sebesar 45,3% dari 46,7% pada 2022,” tulis tim pada risetnya, Senin (19/2/2024).
BBTN juga mampu menekan NPL sebesar sekitar 26 bps melalui penyelesaian kredit macet dan perbaikan proses bisnis, termasuk sebagian besar divestasi penjualan aset sebesar Rp861 miliar yang menyumbang 7,9% NPL.
Baca Juga
OCBC Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga yang lebih tinggi yaitu Rp1.500/saham, dengan asumsi biaya ekuitas 10,2%. Saham tersebut diperdagangkan pada PER 2024F sebesar 4,9x dan PBV 0,6x.
“Kami tetap optimis terhadap prospek BBTN, didorong oleh pertumbuhan kredit yang kuat dengan fokus pada segmen perumahan menyusul pemulihan ekonomi, insentif PPN, dan kebijakan moneter yang kurang hawkish. Lalu kepemimpinan dalam pasar KPR Indonesia dengan pangsa 39% dan KPR bersubsidi nasional dengan pangsa pasar 82%,” ungkap tim.
Budi Rustanto dan Farrell Nathanael menambahkan BBTN juga memiliki inisiatif strategis untuk meningkatkan aset dengan imbal hasil tinggi dan dana murah. Lalu meningkatkan kualitas asset dengan rasio cakupan yang memadai.
Tahun ini, BBTN diperkirakan mampu meningkatkan pendapatan berbasis biaya (fee based income), efisiensi, dan rasio CASA pengembangan perbankan digital. Terakhir adalah prospek bisnis syariah yang menguntungkan.
“Kami memperkirakan pinjaman BBTN akan tumbuh 10% YoY pada tahun 2024, terutama didorong oleh perumahan, segmen imbal hasil tinggi, komersial, dan korporasi. Bank BTN mengoptimalkan bisnis KPR nonsubsidi dengan fokus pada segmen emerging affluent dan berencana melakukan ekspansi dengan menambah 3 pusat penjualan baru pada tahun ini,” pungkasnya.
-----------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.