Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang kawasan terpadu Kota Deltamas, PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) menargetkan prapenjualan alias marketing sales senilai Rp1,81 triliun pada 2024.
Target itu lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi 2023. Sepanjang tahun lalu, DMAS membukukan marketing sales sebesar Rp1,87 triliun atau naik 4,10% year-on-year (YoY).
Direktur dan Sekretaris Perusahaan DMAS Tondy Suwanto menyampaikan bahwa target prapenjualan untuk tahun 2024 telah didasari oleh beberapa pertimbangan, seperti tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dan situasi geopolitik dunia.
“Dibandingkan hasil pencapaian prapenjualan tahun 2023, target Rp1,81 triliun tahun 2024 merupakan target konservatif yang moderat,” ujarnya dikutip Rabu (7/2/2024).
Dia menambahkan kontribusi utama dari target prapenjualan 2024 masih berasal dari penjualan lahan sektor industri. Apalagi, hingga awal tahun ini, ada permintaan lahan yang cukup besar.
“Di pipeline kami masih ada 90 hektar permintaan lahan yang menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan target prapenjualan 2024,” pungkasnya.
Baca Juga
Permintaan lahan pada awal 2024 didominasi oleh segmen data center. Menurut Tondy, berkembangnya teknologi informasi dan meningkatnya penetrasi internet sejalan dengan pertumbuhan aplikasi pada smart devices, hingga ekspansi telekomunikasi broadband.
Ditambah adanya euforia pemanfaatan mahadata dan kecerdasan artifisial, dinilai akan menjadi faktor pendorong tingginya kebutuhan pusat data alias data center.
Selain itu, Tondy mengungkapkan bahwa selain segmen data center, terdapat permintaan dari segmen industri lainnya seperti otomotif, FMCG, hingga industri chemical.
Adapun permintaan pada sektor hunian dan sektor komersial juga diperkirakan bertumbuh seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan industri di Kota Deltamas.
“Oleh karena itu, kami optimis dapat mencapai target prapenjualan sebesar Rp1,81 triliun pada tahun 2024,” ujar Tondy.
Sebelumnya, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina, memandang bahwa secara umum faktor yang akan menentukan kinerja penjualan lahan industri pada tahun ini adalah iklim investasi di Indonesia.
“Di mana salah satunya adalah suku bunga. Penurunan suku bunga tentunya akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan memicu ekspansi dari perusahaan-perusahaan, seiring dengan optimisme untuk ekonomi ke depan,” ujarnya kepada Bisnis.
Selain suku bunga, Martha menilai kepastian hukum dan peraturan juga tidak kalah penting sehingga faktor pemerintah baru akan menentukan keinginan perusahaan untuk membeli lahan industri. Di tahun Pemilu 2024, dia pun melihat pertumbuhan penjualan lahan akan terbatas.
“Investor cenderung wait and see terkait dengan kebijakan dari pemerintah baru. Menurut saya, penjualan baru akan meningkat cukup baik pada tahun 2025, seiring suku bunga yang semakin menurun dan kepastian aturan,” pungkasnya.