Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (6/2): Batu Bara Melesat 3%, CPO Menghijau

Harga komoditas batu bara dan CPO ditutup menguat pada perdagangan Senin (5/2).
Alat berat membersihkan area penimbunan batu bara./ Bloomberg - Nicolo Filippo Rosso
Alat berat membersihkan area penimbunan batu bara./ Bloomberg - Nicolo Filippo Rosso

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara menguat di tengah produksi Indonesia yang terganggu akibat curah hujan. Sementara itu, CPO menguat lantaran ada kekhawatiran produksi Januari 2024 yang lebih rendah dan melemahnya ringgit. 

Harga batu bara berjangka kontrak Februari 2024 di ICE Newcastle menguat 1,93% atau 2,25 poin ke US$119 per metrik ton pada perdagangan Senin (5/2/2024). Batu bara kontrak pengiriman Maret 2024 juga menguat 3,13% atau 3,75 poin ke level US$123,65 per metrik ton.

Mengutip CoalMint, Harga batu bara termal Indonesia turun minggu lalu, dengan harga batu bara Caloric Value (CV) rendah  (3400 GAR) turun sebesar US$0.25 per metrik ton menjadi US$37.06 per metrik ton. Sedangkan, harga batu bara CV tinggi (5800 GAR) turun sebesar US$0.43 per metrik ton, menjadi US$92.41 per metrik ton.

Di sisi pasokan di Indonesia, hujan di Sumatera dan Kalimantan terus mengganggu produksi di pertambangan dan pemuatan di banyak pelabuhan. Beberapa penambang harus mengurangi produksi sebesar 20%-40% karena hujan.

Curah hujan terus-menerus menyebabkan masalah pemuatan di Indonesia, menyebabkan beberapa tambang menghentikan sementara operasi mereka. Ketersediaan muatan pemuatan segera tetap langka di pasar.

Banyaknya permintaan menjelang liburan Tahun Baru Imlek dan gangguan pasokan akibat hujan di Indonesia membuat fundamental permintaan pasar batubara termal Asia tidak berubah. Namun, para pelaku melihat bahwa permintaan tersebut lebih sedikit.

Kemungkinan membaiknya permintaan dari China di pasar spot setelah kembali dari perayaan Tahun Baru dinilai sangat kecil, menimbang suhu yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu dan sebagian besar pembeli menandatangani kontrak jangka panjang. Konsumsi China juga tampak tak menjanjikan. 

Adapun di India, penurunan harga tidak mendorong pembeli untuk mengambil posisi karena kurangnya permintaan dan kelebihan pasokan batubara termal dalam negeri. 

Harga CPO

Harga CPO atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Maret 2024 menguat 36 poin menjadi 3.830 ringgit per metrik ton. Kemudian, kontrak April 2024 juga menguat sebesar 35 poin menjadi 3.799 per metrik ton.

Mengutip Reuters, kontrak minyak sawit Malaysia berhasil pulih dari kerugian awal pada Senin (5/2) dan diperdagangkan datar, dengan ada kekhawatiran tentang produksi Januari yang lebih rendah dan pelemahan ringgit yang menahan pelemahan minyak nabati saingannya. 

Diketahui kontrak dibuka lebih rendah mengikuti minyak kedelai Chicago Board of Trade (CBOT) dan minyak nabati berjangka China.

Kepala riset perusahaan pialang minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai,  Anilkumar Bagani, mengatakan bahwa komoditas tersebut menghapus kerugian awal dengan cepat karena perkiraan awal yang menunjukkan penurunan stok minyak sawit Malaysia di tengah penurunan produksi sebesar hampir dua digit dan anjloknya ekspor pada Januari 2024.

"Stok diperkirakan akan menunjukkan penurunan sebesar 6% karena produksi diperkirakan turun 9%, sementara ekspor berkinerja buruk dengan penurunan 9,3% dari bulan Desember," kata Bagani berdasarkan proyeksinya. 

Surveyor kargo independen Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia memproyeksikan ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk Januari  2024 turun masing-masing 6,7% dan 9,4% dari bulan sebelumnya.

Menurut data LSEG, Surveyor kargo Societe Generale de Surveillance memperkirakan ekspor produk minyak sawit Malaysia pada Januari 2024 sebesar 1,17 juta ton, naik 0,19 juta ton dari Desember 2023.

Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian turun -0,7%. Kontrak minyak sawit juga menurun -0,31%. Harga minyak kedelai Chicago Board of Trade (CBOT) turun -0,07%.

Analis teknis Wang Tao mengatakan bahwa minyak sawit mungkin akan turun menuju 3.708 ringgit per ton, karena tampaknya telah menembus support 3.771 ringgit.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup melemah -0,68% terhadap dolar AS. Ringgit yang melemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper