Bisnis.com, JAKARTA – Blackrock Inc. melakukan aksi senyap dengan diam-diam mengoleksi saham PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) pada akhir pekan lalu.
Blackrock terpantau memborong 1,48 juta saham atau setara dengan 1% dari total kepemilikannya pada Jumat (26/1/2024). Dengan pembelian tersebut, Blackrock kini memiliki 112,01 juta saham BBTN atau setara dengan 0,8%.
Pembelian tersebut menempatkan Blackrock sebagai manajer investasi asing keempat terbesar yang memiliki saham BBTN. Adapun posisi ketiga adalah Dimensional Advisory Fund yang juga tercatat melakukan aksi beli pada hari yang sama.
Dimensional Advisory Fund membeli 166.931 saham BBTN sehingga kepemilikannnya naik menjadi 128,52 juta. Jumlah itu setara dengan 0,92% total saham BBTN yang beredar di pasar. Sementara itu manajer asing keempat, Svenska Handelsbanken AB tidak tercatat melakukan pembelian dalam beberapa pekan terakhir.
Total kepemilikan Svenska Handelsbanken AB saat ini mencapai 166,61 juta atau setara dengan 1,19%. Tempat pertama dimiliki oleh Vanguard Inc. yang memunyai 185,35 juta saham atau setara dengan 1,32%.
Vanguard terpantau melakukan pembelian sebelum 2023 berakhir. Manajer Investasi itu membeli 1,74 juta atau setara dengan 1% dari total kepemilikannya pada 29 Desember 2023.
Baca Juga
Selama tahun berjalan saham BBTN telah menarik dana asing sehingga membukukan beli bersih sebesar Rp91,6 miliar.
Analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella Siahaan merekomendasikan beli saham BBTN dengan target harga mencapai Rp2.125 per saham. Menurutnya secara fundamental, price earning ratio (BBTN) bakal mencapai 4,5 kali atau lebih rendah dari torehan tahun lalu 5,4 kali.
Sementara untuk price book value tahun ini sama dengan tahun lalu 0,6 kali. Selain itu, return on equity (ROE) naik dari 12,1 kali pada tahun lalu menjadi 13,1 kali.
Sementara itu, konsesus analis Bloomberg menargetkan saham BBTN dapat mencapai Rp1.688. Terdapat 20 broker yang merekomendasikan beli dan hanya 5 saja yang menaruh status tahan.
Diantara para broker yang memberikan peringkat beli adalah Macquarie dengan target Rp1.840 per saham. CGS CIMB juga memberikan target harga Rp1.850 per saham, begitu juga dengan UOB Kayhian dengan bidikan mencapai Rp1.700 per saham.
Penguatan saham BBTN disertai dengan aksi korporasi yang melibatkan BBTN Syariah dengan Bank Muamalat. Pemerintah juga telah memberikan lampu hijau terhadap aksi korporasi tersebut.
Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki mengatakan merger BBTN dan Bank Muamalat ini merupakan bagian dari penguatan yang tengah dicoba oleh pemerintah. Hal ini agar bank-bank syariah dapat lebih fokus dan mampu melakukan pembagian tugas di sistem keuangan Indonesia.
"Selama itu membawa perbaikan, dan tentunya merger ini kan bagian dari yang diperhitungkan disitu. Kalau memang itu kebaikannya banyak, ya kita dukung. Ini bagian dari penyehatan perbankan kita," ujar Saiful.
Menurut Saiful, merger ini telah diperhitungkan secara teknis. Dia juga menuturkan penjualan saham Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) di Muamalat dapat dimanfaatkan lagi.
"Ya sebagai tugas pokok mengawal haji, jadi biar asas manfaat dari penjualan itu bisa kita manfaatkan lagi," ucapnya.
Aset Unit Usaha Syariah (UUS) milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. diproyeksi bakal melampaui posisi Rp50 triliun per akhir 2023. Posisi tersebut ditopang penyaluran pembiayaan yang melesat sepanjang 2023.
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan per November 2023, aset BTN Syariah telah mencapai Rp49 triliun.
“Sejalan dengan adanya stimulus Pemerintah di sektor perumahan dan minat masyarakat yang tinggi ke pembiayaan syariah, saya optimistis aset BTN Syariah bakal tembus di atas Rp50 triliun pada akhir 2023,” ujarnya.
Tercatat, sejak 2018 hingga 2022, BTN Syariah mencatatkan tingkat pertumbuhan aset per tahun selama lima tahun terakhir (compound annual growth rate/CAGR) sebesar 9,8%.
------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.