Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup menguat ke level Rp15.810 per dolar AS pada perdagangan awal pekan, Senin (29/1/2024) meskipun indeks dolar naik.
Berdasarkan data Bloomberg mata uang rupiah ditutup naik 0,09% atau 15 poin ke level Rp15.810 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,10% ke level 103,325.
Mata uang kawasan Asia lainnya terpantau bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,20%, dolar Hong Kong naik 0,01%, dolar Singapura naik 0,01%, dolar Taiwan naik 0,17%, peso Filipina menguat 0,06%, dan bath Thailand naik 0,27%.
Sementara itu mata uang yang melemah terhadap dolar AS adalah ringgit Malaysia turun 0,11%, yuan China melemah 0,04%, dan rupee India turun 0,03%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS meningkat 0,2% bulan lalu setelah penurunan 0,1% yang tidak direvisi pada bulan November.
Dalam 12 bulan hingga Desember, indeks harga PCE meningkat 2,6%, menyamai kenaikan bulan November yang belum direvisi.
Baca Juga
"Angka-angka tersebut sesuai dengan ekspektasi konsensus. Tingkat inflasi tahunan berada di bawah 3% selama tiga bulan berturut-turut," kata Ibrahim dalam riset harian, Senin (29/1/2024).
Pasca data inflasi, pasar berjangka suku bunga AS memperhitungkan peluang pelonggaran sekitar 47% pada pertemuan bulan Maret, turun dari probabilitas 51% pada Kamis malam, dan peluang 80% yang diperhitungkan pada dua minggu lalu, menurut aplikasi probabilitas suku bunga LSEG.
Pasar sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga pertama yang akan terjadi pada pertemuan bulan Mei, dengan probabilitas sekitar 90%, turun sedikit dari Kamis malam, yaitu sebesar 94%. Sekitar lima penurunan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin telah diperkirakan pada tahun ini.
Pemerintah juga mengamini para ekonomi, yang tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 mampu mencapai di atas 5 persen. Demikian juga dengan tahun ini, perekonomian Indonesia diramal akan semakin tinggi dan jauh dari kata resesi, walaupun gejolak geopolitik terus memanas.
Pada kuartal III/2023 perekonomian memang masih di bawah 5 persen, yakni 4,94 persen. Namun, jika dilihat dari sejumlah indikator, pada akhir tahun atau kuartal keempat 2023 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai di atas 5 persen. Hal tersebut bisa dilihat dari indikator makroekonomi.
Pada perdagangan Besok, Selasa (30/1/2024) Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.780- Rp15.840 per dolar AS.