Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah baru saja menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri ORI025 dengan kupon hingga 6,40% saat yield 10 tahun SBN diprediksi turun hingga ke 5,6%. Sementara itu, tren korporasi menerbitkan obligasi untuk mendapatkan kupon yang lebih rendah melalui refinancing juga akan semarak.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan obligasi akan menjadi pilihan aset kelas yang bagus saat suku bunga diturunkan. Dengan penerbitan ORI025 akan memberikan momentum tepat untuk ritel mengoleksi SBN.
“Kalau mengharapkan capital gain tidak terlalu besar dibandingkan SBN seri FR, tapi dari segi pajak masih lebih murah dibandingkan dengan LPS dan deposito,” kata Handy, Senin (29/1/2024).
ORI025 ditawarkan dengan dua tenor yaitu tenor 3 tahun dengan bunga sebesar 6,25% dan tenor 6 tahun sebesar 6,50%.
Selain itu, Handy juga menyebutkan yield 10 tahun SBN akan berada di level 5,9% atau kisaran di 5,8-6,0%. Penurunan yield diprediksi di tengah adanya instrumen baru Bank Indonesia yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
“Return investasi di pasar obligasi tahun 2024 akan memberikan imbal hasil sekitar 9,8%,” jelasnya.
Baca Juga
Mandiri Sekuritas meyakini bahwa instrumen Surat Utang Negara (SUN) masih akan diminati dan tidak meyakini bahwa tidak akan terjadi efek crowding out dalam waktu dekat.
"Tidak akan ada efek crowding out sekarang. Mengapa? Pertama, ukuran RSBI belum besar. Meskipun outstanding RSBI mencapai Rp350 triliun, sebagian dibeli dari reserve repo outstanding jatuh tempo yang tidak diberikan ke RSBI," jelasnya.
Faktor kedua, Handy melihat bahwa ketentuan pajak SRBI belum final. Seperti yang diketahui, pajak SRBI lebih tinggi daripada SUN, yaitu sebesar 15%, sementara SUN sebesar 10%.
Ketiga, investor lebih cenderung memilih SUN karena dapat mengamankan yield dengan tenor periode panjang.
"RSBI mungkin bisa memberikan imbal hasil sebesar 6-9%, tetapi jika horizon investasi saya adalah 3 tahun, saya lebih memilih untuk membeli SUN dengan imbal hasil sebesar 6,5%. Meskipun RSBI mungkin awalnya menawarkan 6,8%, namun dalam tiga tahun bisa turun menjadi 6,5%," ungkap Hendy.
Handy mengatakan penerbitan obligasi korporasi akan lebih tinggi dibandingkan dengan 2023. Refinancing korporasi juga akan lebih murah dibandingkan dengan 2023 pula.
Sementara itu untuk investor, Handy merekomendasikan untuk mendiversifikasi aset portofolionya. Kombinasi tenor panjang dan tenor pendek serta kombinasi obligasi pemerintah dan korporasi menjadi pilihan.
Lebih lanjut, obligasi korporasi dinilai tidak likuid karena tidak dapat diperjualbelikan di pasar sekunder seperti obligasi pemerintah. Akan tetapi kelebihannya adalah nilai kupon yang lebih tinggi dari milik pemerintah.
"Kupon obligasi korporasi yang biasa ditawarkan akan lebih tinggi dibandingkan kupon obligasi pemerintah," ungkapnya.
Korporasi yang baru-baru ini berencana menerbitkan obligasi adalah INKP dengan kupon sebesar hingga 10,75% per tahun, TBIG dengan kupon 6,75% serta MEDC sebesar 8,5% per tahun.
“Umumnya obligasi korporasi relatif pendek. Itu juga jadi salah satu pilihan. Sektornya juga yang kondusif dengan rating yang lebih baik,” pungkasnya.