Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (25/1): Batu Bara Masih Lesu, CPO Sentuh 4.000

Harga batu bara melemah pada perdagangan Rabu (24/1), sedangkan CPO ditutup menguat.
Menara pendingin dan cerobong asap PLTU batu bara di Mpumalanga, Afrika Selatan yang dipotret pada Jumat (5/5/2023). Bloomberg/Waldo Swiegers
Menara pendingin dan cerobong asap PLTU batu bara di Mpumalanga, Afrika Selatan yang dipotret pada Jumat (5/5/2023). Bloomberg/Waldo Swiegers

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara melemah di tengah India yang menyetujui rencana gasifikasi batu bara. CPO juga menguat akibat  ekspektasi penurunan produksi di Malaysia dan mengikuti kenaikan minyak nabati saingannya.

Harga batu bara berjangka kontrak Februari 2024 di ICE Newcastle melemah -1,30% atau -1,60 poin ke level 121,65 per metrik ton. Kemudian, kontrak pengiriman Maret 2024 juga melemah -1,17% atau -1,40 poin ke level 118,60 per metrik ton.  

Mengutip Reuters, kabinet India pada Rabu (24/1) menyetujui rencana untuk memberikan insentif senilai 85 miliar rupee, atau sekitar Rp16 triliun untuk proyek-proyek yang mengubah batu bara menjadi gas. 

Hal tersebut diungkapkan oleh menteri batu bara dan pertambangan, dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar. 

Kemudian, India juga berencana untuk melakukan gasifikasi terhadap 100 juta ton batu bara pada 2030. 

Kabinet India menyetujui dua pabrik gasifikasi batu bara, termasuk usaha patungan senilai 130,5 miliar rupee antara  Coal India Limited dan GAIL, dan usaha patungan senilai  117,8 miliar rupee antara Coal India Limited dan Bharat Heavy Electricals.

Mengutip The Economic Times, Menteri Persatuan Batubara dan Pertambangan Pralhad Joshi mengatakan bahwa untuk pertama kalinya produksi batu bara India akan melampaui 1 miliar ton. India juga akan menghentikan impor batubara substitusi mulai tahun depan. 

Harga CPO 

Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Maret 2024 menguat 44 poin menjadi 4.004 ringgit per metrik ton. Kemudian, kontrak April 2024 juga mengalami penguatan sebesar 44 poin menjadi 3.992 per metrik ton. 

Mengutip Reuters, harga minyak sawit berjangka Malaysia naik tipis pada Rabu (24/1). Kenaikan ini didukung oleh ekspektasi penurunan produksi di Malaysia dan mengikuti kenaikan minyak nabati saingannya. 

Badan meteorologi Malaysia memperingatkan bahwa akan terjadi hujan lebat di beberapa wilayah pada minggu ini, sehingga kekhawatiran mengenai produksi meningkat. 

Kemudian, berdasarkan informasi dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) pada Selasa (23/1), negaranya mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah pada Februari 2024 sebesar 8% dan menurunkan harga referensinya.

Kepala eksekutif Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA) Joseph Tek juga mengatakan bahwa produksi minyak sawit Malaysia dapat meningkat sebesar 5,2 juta metrik ton tandan buah segar pada 2024, jika setengah dari 40.000 pekerja dialokasikan untuk tugas pemanenan.

Impor minyak bunga matahari India juga akan menurun dalam beberapa bulan mendatang lantaran harga yang meningkat akibat tarif angkutan juga naik. Hal ini mendorong para pembeli beralih ke minyak nabati saingannya yang tersedia dengan harga diskon. 

Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, naik 0,76%. Kontrak minyak sawit, DCPcv1, naik 0,29%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOcv1, naik 0,02%.

Menurut analis teknikal Reuters, Wang Tao, minyak sawit  mungkin akan menguji kembali resistensinya pada 3,976 ringgit per metrik ton. Jika berhasil menembus harga tersebut, kemungkinan besar akan mengalami kenaikan ke kisaran 3.999-4.029 ringgit.

Pasar keuangan Malaysia juga akan tutup pada Kamis hari ini (25/1) karena libur umum. Nantinya, perdagangan akan dilanjutkan pada Jumat (26/1). 

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia, ditutup melemah -0,08% terhadap dolar AS. Ringgit yang melemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper