Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara melemah di tengah India yang menyetujui rencana gasifikasi batu bara. CPO juga menguat akibat ekspektasi penurunan produksi di Malaysia dan mengikuti kenaikan minyak nabati saingannya.
Harga batu bara berjangka kontrak Februari 2024 di ICE Newcastle melemah -1,30% atau -1,60 poin ke level 121,65 per metrik ton. Kemudian, kontrak pengiriman Maret 2024 juga melemah -1,17% atau -1,40 poin ke level 118,60 per metrik ton.
Mengutip Reuters, kabinet India pada Rabu (24/1) menyetujui rencana untuk memberikan insentif senilai 85 miliar rupee, atau sekitar Rp16 triliun untuk proyek-proyek yang mengubah batu bara menjadi gas.
Hal tersebut diungkapkan oleh menteri batu bara dan pertambangan, dalam upaya untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar.
Kemudian, India juga berencana untuk melakukan gasifikasi terhadap 100 juta ton batu bara pada 2030.
Kabinet India menyetujui dua pabrik gasifikasi batu bara, termasuk usaha patungan senilai 130,5 miliar rupee antara Coal India Limited dan GAIL, dan usaha patungan senilai 117,8 miliar rupee antara Coal India Limited dan Bharat Heavy Electricals.
Baca Juga
Mengutip The Economic Times, Menteri Persatuan Batubara dan Pertambangan Pralhad Joshi mengatakan bahwa untuk pertama kalinya produksi batu bara India akan melampaui 1 miliar ton. India juga akan menghentikan impor batubara substitusi mulai tahun depan.
Harga CPO
Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Maret 2024 menguat 44 poin menjadi 4.004 ringgit per metrik ton. Kemudian, kontrak April 2024 juga mengalami penguatan sebesar 44 poin menjadi 3.992 per metrik ton.
Mengutip Reuters, harga minyak sawit berjangka Malaysia naik tipis pada Rabu (24/1). Kenaikan ini didukung oleh ekspektasi penurunan produksi di Malaysia dan mengikuti kenaikan minyak nabati saingannya.
Badan meteorologi Malaysia memperingatkan bahwa akan terjadi hujan lebat di beberapa wilayah pada minggu ini, sehingga kekhawatiran mengenai produksi meningkat.
Kemudian, berdasarkan informasi dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) pada Selasa (23/1), negaranya mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah pada Februari 2024 sebesar 8% dan menurunkan harga referensinya.
Kepala eksekutif Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA) Joseph Tek juga mengatakan bahwa produksi minyak sawit Malaysia dapat meningkat sebesar 5,2 juta metrik ton tandan buah segar pada 2024, jika setengah dari 40.000 pekerja dialokasikan untuk tugas pemanenan.
Impor minyak bunga matahari India juga akan menurun dalam beberapa bulan mendatang lantaran harga yang meningkat akibat tarif angkutan juga naik. Hal ini mendorong para pembeli beralih ke minyak nabati saingannya yang tersedia dengan harga diskon.
Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, naik 0,76%. Kontrak minyak sawit, DCPcv1, naik 0,29%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOcv1, naik 0,02%.
Menurut analis teknikal Reuters, Wang Tao, minyak sawit mungkin akan menguji kembali resistensinya pada 3,976 ringgit per metrik ton. Jika berhasil menembus harga tersebut, kemungkinan besar akan mengalami kenaikan ke kisaran 3.999-4.029 ringgit.
Pasar keuangan Malaysia juga akan tutup pada Kamis hari ini (25/1) karena libur umum. Nantinya, perdagangan akan dilanjutkan pada Jumat (26/1).
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia, ditutup melemah -0,08% terhadap dolar AS. Ringgit yang melemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.