Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang milik konglomerat Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) menargetkan produksi batu bara pada 2024 sejumlah 55 juta-57 juta ton, naik dari estimasi realisasi 2023 sebesar 48 juta ton.
BYAN pun menjadi produsen batu bara ketiga terbesar di Indonesia, di bawah PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dengan produksi sekitar 80 juta ton, dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) sekitar 64 juta ton.
Manajemen BYAN menyebutkan pihaknya akan memacu produksi batu bara pada 2024 menjadi 55 juta-57 juta ton. Dengan demikian, volume produksi BYAN terus naik dari 2023 48 juta ton, 2022 39 juta ton, 2021 38 juta ton, dan 2020 30 juta ton.
"Volume produksi batu bara pada 2024 berpotensi naik 15%-20% karena ekspansi tambang North Pakar di Tabang," jelas manajemen BYAN dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (24/1/2024).
Secara kuartalan, volume produksi BYAN pada kuartal I/2024 diperkirakan 10 juta-11 juta ton, kuartal II/2024 13 juta-14 juta ton, kuartal III/2024 16 juta-17 juta ton, dan kuartal IV/2024 14 juta-15 juta ton.
Dari sisi volume penjualan, BYAN juga menargetkan pemasaran batu bara 55 juta-57 juta ton pada 2024, naik 15%-20% dari estimasi realisasi penjualan pada 2023 sebesar 47 juta ton. Adapun, tahun lalu penjualan batu bara juga naik dari realisasi pada 2022 sejumlah 40 juta ton.
Baca Juga
Per September 2023, komposisi pasar batu bara Bayan Resources ialah Filipina 32%, Indonesia 22%, Korea Selatan 10%, China 9%, India 8%, Bangladesh 6%, Malaysia 5%, dan pasar lainnya 8%.
Hingga akhir 2023, BYAN telah mengantongi komitmen penjualan hingga 45,5 juta ton untuk periode 2024 dengan spesifikasi kalori 4.324 GAR Kcal/kg. Sekitar 84% menggunakan harga floating, dan 16% sudah memakai harga pasti.
"Komitmen penjualan tersebut telah mencapai 80%-82% rencana penjualan sepanjang 2024," jelas manajemen BYAN.
Proyeksi Harga Batu Bara 2024
Bayan memprediksi harga batu bara Newcastle pada 2024 akan berkisar US$110 per ton, dan ICI4 rerata mencapai US$58 per ton. Diharapkan harga batu bara lebih stabil setelah tahun lalu menurun dari puncaknya pada 2022.
Rerata harga jual (ASP) batu bara BYAN pada 2024 diperkirakan berkisar US$60-US$65 per ton, terkoreksi dari US$76 per ton pada 2023, US$118 ton pada 2022, dan US$71 per ton pada 2021. Namun, harga jual masih lebih baik dari 2020 senilai US$39 per ton dan US$48 per ton pada 2019.
Untuk memaksimakan keuntungan, Bayan akan menjaga beban biaya sekitar US$40-US$43 per ton. Biaya tersebut mencakup Cost of goods sold (COGS) atau semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam setiap kegiatan produksi, Selling, General, and Administrative Expenses (SGA) atau dengan biaya operasional/ biaya usaha, serta biaya royalti.
Pada 2024, BYAN mengalokasikan belanja modal (capex) US$230-US$260 juta atau sekitar Rp3,56 triliun-4,03 triliun (estimasi kurs Rp15.500 per dolar AS). Alokasi capex 74% untuk pengembangan dan infrastruktur, 13% untuk peralatan dan mesin, dan 13% untuk pembelian alat lainnya.
Bayan pun menargetkan pendapatan pada 2024 mencapai US$3,3 miliar-US$3,6 miliar atau sekitar Rp51,15 triliun-Rp55,80 trilun. Estimasi Ebitda berkisar US$1,2 miliar-US$1,4 miliar atau sekitar Rp18,6 triliun-Rp21,7 triliun.