Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali membuka suspensi perdagangan saham emiten Grup Sinarmas PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA), sekaligus saham dengan harga tertinggi di BEI, pada Selasa (23/1/2024).
Saham DSSA disuspensi sejak Senin (22/1/2024). Artinya, suspensi tersebut hanya berlaku pada 1 hari perdagangan.
Saham DSSA berada di level Rp142.000 per saham, sekaligus menjadi saham termahal di BEI. Kapitalisasi pasarnya Rp109,42 triliun dengan valuasi PER 14,06 kali dan PBV 5,54 kali. Saham DSSA melonjak signifikan dari Rp77.000 pada awal 2024.
"Menunjuk Pengumuman Bursa Peng-SPT-00005/BEI.WAS/01-2024 tanggal 19 Januari 2024 perihal Penghentian Sementara Perdagangan (Suspensi) Saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA), maka dengan ini diumumkan bahwa suspensi atas perdagangan Saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) di Pasar Reguler dan Pasar Tunai dibuka kembali mulai perdagangan sesi I tanggal 23 Januari 2024," papar keterangan BEI.
Sebelumnya pada 17 Januari 2024, Bursa menginformasikan bahwa telah terjadi peningkatan harga saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) di luar kebiasaan (unusual market activity/ UMA).
"Pengumuman Unusual Market Activity (UMA) tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal," papar BEI.
Baca Juga
Informasi terakhir mengenai Perusahaan Tercatat adalah informasi tanggal 5 Januari 2024 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) tentang laporan bulanan aktivitas eksplorasi.
Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham DSSA tersebut, Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini.
Oleh karena itu para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban Perusahaan Tercatat atas permintaan konfirmasi Bursa; mencermati kinerja Perusahaan Tercatat dan keterbukaan informasinya; mengkaji kembali rencana corporate action Perusahaan Tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS; dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Pada penghujung 2023, DSSA meraih fasilitas kredit sebesar US$181,50 juta atau setara Rp2,79 triliun (kurs jisdor Rp15.414) dari PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dan PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA).
Corporate Secretary Dian Swastatika Sentosa Susan Chandra mengatakan DSSA menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman berjangka dengan kreditur sindikasi yang terdiri dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA) dengan plafon sampai dengan sebesar US$181.500.000.
“Fasilitas pinjaman ini dijamin antara lain dengan aset Perseroan,” katanya dalam keterbukaan informasi, dikutip Rabu (27/12/2023).
Susan mengatakan fasilitas pinjaman ini rencananya akan digunakan untuk membiayai keperluan umum, termasuk untuk memenuhi kebutuhan operasional dan pengembangan usaha DSSA dan entitas anak.
Penerimaan fasilitas pinjaman ini dapat menyebabkan rasio hutang terhadap ekuitas Perseroan meningkat hingga sebesar 11,42%.
Sebelumnya, DSSA mengumumkan meraih fasilitas pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar US$197 juta atau setara Rp3,05 triliun (kurs jisdor Rp15.506) yang akan digunakan untuk modal kerja DSSA dan entitas anak.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, DSSA akan membangun pabrik solar module dan solar cell senilai lebih dari US$100 juta atau sekitar Rp1,55 triliun (kurs jisdor Rp15.504) dan ditargetkan beroperasi pada kuartal III/2024.