Bisnis.com, JAKARTA – Tebaran dividen dari sejumlah emiten sepanjang 2024 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah normalisasi harga batu bara yang membuat kinerja pendapatan emiten di sektor ini melemah.
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyampaikan bahwa guyuran dividen pada tahun ini cenderung melambat karena melemahnya kinerja emiten batu bara yang royal membagikan dividen.
Audi menuturkan hal tersebut terjadi seiring dengan normalisasi harga komoditas beserta potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi global di tengah pengetatan kebijakan moneter yang diperkirakan belum selesai.
“Meski demikian, kami tetap meyakini emiten perbankan akan menjadi pondasi pemberian dividen di tahun ini,” ujarnya saat dihubungi Bisnis pada Kamis (18/1/2024).
Sementara itu, dia menilai kinerja indeks high dividend 20 pada 2024 masih akan ditopang oleh sektor keuangan dengan bobot sebesar 53%. Penopang indeks juga datang dari sektor infrastruktur yang diproyeksikan menyumbang bobot 16%.
“Hal tersebut dikarenakan terkendalinya inflasi dan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5% sehingga diharapkan masih mampu menguatkan daya beli masyarakat, meski suku bunga masih berada di level tinggi,” pungkas Audi.
Baca Juga
Kiwoom Sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk saham BBRI dengan target harga Rp6.300, diikuti saham BBCA dengan target banderol sebesar Rp10.300, saham TLKM senilai Rp4.700, saham ASII sebesar Rp7.000, dan target harga INDF di level Rp7.125.
Handiman Soetoyo, Head of Research Team II Mirae Asset Sekuritas, juga memperkirakan tebaran dividen pada 2024 akan mencapai Rp320,2 triliun. Nilai ini lebih rendah 10,4% dibandingkan dividen 2023 yang mencapai Rp357,2 triliun.
“Angka tersebut tidak seburuk perkiraan awal kami, mengingat penurunan pendapatan yang cukup parah pada perusahaan-perusahaan batu bara sepanjang tahun 2023,” tuturnya.
Kendati demikian, Handiman memandang kuatnya pertumbuhan pendapatan dari perusahan-perusahaan di sektor keuangan dan consumer non-cyclical akan membantu meringankan penyusutan dividen dari emiten di sektor energi.
Mirae Asset Sekuritas mencatat total dividen yang digelontorkan sejumlah emiten mencapai Rp357,2 triliun sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 58,1% dibandingkan dividen yang dibagikan pada 2022 yakni Rp226 triliun.
Sementara itu, total dividen dari BUMN yang masuk ke kas negara mencapai Rp82,1 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan target awal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang sebesar Rp49,1 triliun.
---------------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.