Bisnis.com, JAKARTA — Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menyampaikan telah merealisasikan dana hasil rights issue sebesar Rp7,3 triliun per 31 Desember 2023.
Sebagai pengingat, GIAA menghimpun dana hasil rights issue lewat Penawaran Umum Terbatas (PUT) II pada 2 Desember 2022 sebesar Rp7,79 triliun. Jika dikurangi biaya penawaran umum, maka hasil bersihnya sebesar Rp7,77 triliun.
Adapun realisasi penggunaan dana rights issue per 31 Desember 2023 sudah mencapai Rp7,3 triliun. Artinya, sisa dana hasil rights issue GIAA sebesar Rp468,87 miliar.
Secara terperinci, dana hasil rights issue itu digunakan untuk maintenance dan restorasi pesawat sebesar Rp3,13 triliun, dan pemenuhan maintenance reserve sebesar Rp900 miliar. Hal itu merupakan bagian dari belanja modal (capital expenditure/capex) GIAA.
Selanjutnya, GIAA telah menghabiskan operational expenditure (opex) hasil rights issue dengan rincian untuk bahan bakar sebesar Rp1,73 triliun, biaya sewa pesawat Rp900 miliar.
"Sedangkan untuk biaya restrukturisasi perseroan sebesar Rp370 miliar, dan modal kerja lainnya sebesar Rp275,88 miliar. Sehingga totalnya mencapai Rp7,30 triliun," ujar Plh. Direktur Utama GIAA Ade R. Susardi dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Selasa, (16/1/2024).
Baca Juga
Alhasil, dengan penggunaan dana rights issue Rp7,30 triliun, maka realisasinya telah mencapai 93,97% dari total hasil bersih rights issue GIAA sebesar Rp7,77 triliun.
Sebelumnya, pada akhir tahun 2022 maskapai pelat merah itu secara resmi menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun sebagai dukungan terhadap langkah penyehatan kinerja Garuda sebagai national flag carrier.
PMN tersebut berkaitan dengan langkah right issue dengan memberikan HMETD sebanyak 39.788.136.675 lembar saham atau senilai Rp7,79 triliun. Dana tersebut meliputi realisasi PMN serta partisipasi pemegang saham lainnya.