Bisnis.com, JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) mengungkap potensi pembagian dividen pada tahun depan, mengacu pada kinerja tahun buku 2023. Adapun, SRTG merupakan salah satu emiten yang rutin membagikan dividen kepada pemegang sahamnya.
Investor Relations SRTG Ryan Sual mengatakan, pada tahun ini perseroan membagikan dividen jumbo sebesar Rp1 triliun mengacu pada kinerja tahun buku 2022. Sedangkan pada periode 3 hingga 4 tahun lalu, dividen yang dibagikan Saratoga berkisar Rp200 miliar-Rp300 miliar.
Sementara itu, untuk potensi pembagian dividen tahun depan, Saratoga masih mendiskusikan besaran nilainya. Sebab, perseroan juga tengah berencana untuk menjajaki peluang investasi baru, baik ke perusahaan baru maupun ke perusahaan portofolio SRTG yang tengah berjalan.
"Kalau dividen tahun depan masih kami diskusikan. Kami akan melihat juga karena ya Saratoga sebagai perusahaan investasi, ada prioritas di mana kami ingin reinvestasikan dana yang kami terima ke peluang-peluang investasi baru," ujar Ryan kepada Bisnis saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, dikutip Kamis (29/12/2023).
Berdasarkan catatan Bisnis, pada 14 Juni 2023 lalu SRTG membayarkan dividen tunai tahun buku 2022 sebesar Rp75 per saham atau total Rp1 triliun. Sebelumnya pada 2022 atau tahun buku 2021 SRTG menebar dividen sebesar Rp60 per saham atau sebesar Rp814 miliar dari laba 2021 yang tercatat sebesar Rp24,8 triliun.
Pada 2021 atau tahun buku 2020, SRTG membagikan dividen sebesar Rp110 per saham, dengan total nilai mencapai Rp298,43 miliar, sementara itu laba bersih tercatat sebesar Rp8,82 triliun sepanjang 2020. RUPS tahun 2021 tersebut juga menyetujui rencana stock split saham dengan rasio 1:5 serta buyback saham sebanyak 25 juta atau setara 0,92% dari saham disetor.
Baca Juga
Sementara itu, pada 2020 atau tahun buku 2019, SRTG menebar dividen sebesar Rp55 per saham atau setara dengan Rp149,21 miliar atau 2% dari laba bersih tahun buku 2019 yang tercatat sebesar Rp7,37 triliun.
Kendati demikian, Ryan mengatakan SRTG tidak memiliki kebijakan dividend payout ratio (DPR) minimal yang akan dibagikan, karena sebagai perusahaan investasi, laba maupun rugi perseroan bergantung terhadap kinerja saham perusahaan portofolio Saratoga.
"Kalau kami kan pelaporannya laba kami itu sebagian besar laba atau rugi yang belum direalisasikan. Karena itu dari nilai mark to market portofolio investasi kami. Jadi memang kami tidak ada rasio seperti itu," pungkas Ryan.
Ditinjau kinerja keuangannya, net asset value (NAV) Saratoga turun 18,96% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp49,8 triliun per kuartal III/2023, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp61,51 triliun.
Adapun, SRTG mencatatkan kerugian neto sebesar Rp10,6 triliun pada 9 bulan pertama 2023, dibandingkan periode tahun sebelumnya yang mencatatkan laba sebesar Rp7,14 triliun.
Penyebabnya, Saratoga membukukan kerugian neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp12,87 triliun dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp7,58 triliun.