Bisnis.com, JAKARTA - PT Saratoga Investama sedaya Investama Sedaya Tbk. (SRTG) tengah menyiapkan strategi untuk mengatasi kerugian investasi pada portofolio saham-saham blue chip yang dimiliki oleh perseroan.
Pasalnya, mengacu laporan keuangan per kuartal III/2023, SRTG mencatatkan kerugian sebesar Rp10,6 triliun hingga kuartal III/2023, dibandingkan periode tahun sebelumnya yang mencatatkan laba sebesar Rp7,14 triliun.
Penyebabnya, Saratoga membukukan kerugian neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp12,87 triliun dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp7,58 triliun.
Alhasil, net asset value (NAV) Saratoga tercatat sebesar Rp49,8 triliun, turun 18,96% secara year-on-year (yoy) dibandingkan periode kuartal III/2022 sebesar Rp61,51 triliun.
Investor Relations SRTG Ryan Sual mengatakan, sebagian portofolio investasi perseroan terdiri dari perusahaan publik yang harga sahamnya sangat tergantung dinamika pasar, sehingga hal itu di luar kendali Saratoga.
Perlu diketahui, nilai investasi SRTG di perusahaan blue chip turun 19,16% yoy menjadi Rp41,41 triliun, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp51,23 triliun. Beberapa emiten blue chip portofolio SRTG yaitu PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).
Baca Juga
"Jadi kalau memang tahun ini ada sedikit koreksi, tapi target-target kami secara jangka panjang, serta proyek-proyek yang kami sudah jalankan secara jangka panjang, baik di Adaro, di Merdeka, di Tower Bersama, itu tetap terlaksana dengan baik," ujar Ryan kepada Bisnis dikutip Selasa, (19/12/2023).
Sementara itu, investasi saham SRTG di perusahaan berkembang juga turun 6,30% menjadi Rp5,61 triliun dibandingkan kuartal III/2022 sebesar Rp5,98 triliun.
Sederet perusahaan berkembang portofolio SRTG yaitu PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX), PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM) PT Nusa Raya Cipta Tbk. (NRCA) dan PT Samator Indo Gas Tbk. (AGII).
Lebih lanjut dia mengatakan, meskipun penurunan saham blue chip berdampak terhadap kinerja SRTG, namun selama perseroan bisa mengeksekusi proyek-proyek dengan baik, terukur, dan disiplin, maka secara bersamaan bisnis emiten portofolio Saratoga juga akan terus tumbuh secara berkelanjutan.
Sementara itu, lanjutnya, perseroan tidak mematok target net asset value (NAV) secara nilai, karena berkaitan dengan dinamika pasar yang mempengaruhi kinerja portofolio SRTG. Namun yang jelas, pihaknya berharap NAV akan terus bertumbuh.
Adapun, setiap tahun Saratoga menyiapkan dana untuk investasi di kisaran US$100 juta hingga US$150 juta atau maksimal sekitar Rp2,32 triliun (kurs jisdor Rp15.503 per dolar AS).
Setidaknya, ada tiga sektor utama yang tengah dibidik perseroan untuk investasi, yaitu kesehatan, renewable energy, dan infrastruktur digital.
"Kalau dari Saratoga sendiri setiap tahun target kami untuk berinvestasi sekitar US$100 juta-US$150 juta. Itu termasuk investasi ke perusahaan baru dan juga perusahaan yang sudah menjadi portfolio kami," pungkas Ryan.