Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (AS) turun ke level terendah dalam empat bulan terakhir pada Kamis (14/12/1023) karena pelaku pasar merespons sinyal paling jelas bahwa kampanye kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif telah berakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,21% atau 0,21 poin ke level 97,07 pada pukul 08.31 WIB.
Dolar AS melemah setelah pejabat The Fed mengisyaratkan penurunan suku bunga yang lebih tajam dari perkiraan sebelumnya pada pada bulan September.
Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan federal fund rate (FFR) di kisaran 5,25% - 5,5%, tertinggi sejak 2001.
Para pembuat kebijakan tidak memperkirakan kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam proyeksi mereka untuk pertama kalinya sejak Maret 2021, berdasarkan estimasi median.
Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan para pejabat siap untuk menaikkan suku bunga lagi jika tekanan harga kembali. Namun, dia mengindikasikan the Fed sekarang mengalihkan fokus ke kapan waktu yang tepat untuk memangkas suku bunga karena inflasi terus turun menuju target 2%.
Baca Juga
Dalam proyeksi kuartalan The Fed, proyeksi median suku bunga untuk akhir tahun 2024 turun menjadi 4,625% dari 5,125% pada bulan September.
Analis valas Westpac Banking Corp Richard Franulovich mengatakan The Fed yang menentukan untuk menurunkan suku bunga telah secara komprehensif melemahkan prospek dolar AS dalam jangka pendek.
"Meskipun pintu sekarang terbuka lebar untuk perubahan besar dolar AS yang telah lama ditunggu-tunggu, kami masih berpikir bahwa pergerakan dolar masih membutuhkan waktu untuk berkembang,” ungkap Franulovich seperti dikutip Bloomberg.
Sejumlah mata uang utama menguat hari ini. Euro naik 0,16% terhadap dolar AS, sedangkan poundsterling menguat 0,12% dan yen naik 0,35%.
Dolar berada di jalur untuk penurunan bulanan kedua berturut-turut setelah mencatat penurunan bulanan terbesar dalam satu tahun pada bulan November sebesar 3%.
Arah mata uang ini akan bergantung pada kecepatan penurunan suku bunga yang telah diumumkan oleh bank-bank sentral utama lainnya karena perjuangan melawan inflasi ditimbang dengan kerapuhan ekonomi.