Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis bahwa target (RNTH) saham sebesar Rp12,25 triliun tahun depan dapat tercapai hingga akhir 2024.
Padahal, pada tahun ini BEI telah merevisi target RNTH dari sebelumnya sebesar Rp14,75 triliun menjadi Rp10,75 triliun hingga akhir 2023. Mengacu data BEI per Senin, (12/12/2023), rata-rata transaksi harian saham tercatat sebesar Rp10,65 triliun.
Kepala Divisi Riset BEI, Verdi Ikhwan mengatakan meskipun target RNTH tahun ini direvisi, namun Bursa tetap optimis target RNTH Rp12,25 triliun 2024 dapat tercapai. Hal itu seiring ekspektasi peningkatan transaksi saham pasca-Pemilu 2024.
“Kenapa kami optimis? Karena kondisi setelah Pemilu secara historis biasanya terjadi pembalikan. Artinya respons pasar itu biasanya bagus gitu ya, ada peningkatan transaksi,” ujar Verdi dalam diskusi virtual Market Outlook 2024, Rabu, (13/12/2023).
Lebih lanjut dia mengatakan, BEI sudah memiliki basis investor saham yang cukup besar dan jumlah perusahaan tercatat lebih dari 900 emiten. Sehingga supply dan demand di pasar saham menurutnya cukup baik.
Mengacu data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor saham tercatat sebanyak 5,17 juta investor per 30 November 2023, atau naik 16,57% secara year-to-date (ytd). Sedangkan jumlah investor keseluruhan di pasar modal tercatat sebesar 12,02 juta investor.
Baca Juga
Selain itu, alasan yang mendasari optimisme BEI bahwa transaksi harian saham 2024 akan meningkat karena pemerintah menargetkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5%. Menurut Verdi, angka itu lebih tinggi dibandingkan target pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju.
"Sehingga kami optimis termasuk juga dengan kondisi makro kita kan pemerintah menargetkan 5%, dan angka itu lumayan besar kalau dibandingkan dengan negara-negara maju. Kalau saya tidak salah negara-negara maju itu target pertumbuhan ekonomi tahun depannya itu berkisaran di angka 2% sampai 3%," jelasnya.
Di sisi lain, otoritas Bursa menargetkan sebanyak 62 perusahaan yang dapat melaksanakan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham pada 2024. Namun, BEI tidak memproyeksikan berapa target nilai penggalangan dana IPO dari 62 emiten yang akan melantai tahun depan.
"Kami hanya cantumkan target jumlah emitennya saja. Karena kami tidak memilah-milah emiten besar atau emiten kecil yang masuk ke Bursa. Walaupun kami juga berusaha untuk mencari emiten yang besar karena likuiditasnya jadi lebih bagus,” pungkas Verdi.
Adapun, secara total BEI membidik penerbitan efek baru sebanyak 230 pada 2024 atau naik sekitar 15% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 200 efek.
Target penerbitan efek baru itu meliputi efek saham, exchange traded fund (ETF), obligasi korporasi baru, dana investasi real estate (DIRE), efek beragun aset (EBA), hingga waran terstruktur.