Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Pemeringkatan Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan korporasi akan lebih banyak menerbitkan surat utang atau obligasi sebagai alternatif pembiayaan dibandingkan menarik pinjaman dari bank karena suku bunga yang lebih tinggi.
Penerbitan surat utang atau obligasi oleh korporasi akan menjadi pilihan alternatif pendanaan yang lebih diminati dibandingkan dengan penarikan pinjaman atau kredit dari bank. Diperkirakan jumlah surat utang yang akan diterbitkan tahun depan mencapai Rp169,05 triliun.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan penerbitan baru surat utang 2024 diperkirakan akan berkisar Rp148,15 triliun hingga Rp169,05 triliun, dengan titik tengah pada Rp155,46 triliun.
Maraknya korporasi yang memilih menerbitkan surat utang juga didasari oleh likuiditas lembaga keuangan atau bank semakin ketat dan membuat bunga pinjaman yang ditawarkan akan semakin mahal. Kondisi ini mendorong permintaan akan sumber daya pembiayaan alternatif ini meningkat lagi ke depan salah satunya melalui penerbitan surat utang.
“Tadi saya sebutkan bahwa loan to deposit ratio dari sektor perbankan sendiri terus meningkat dan menuju angka 90% seperti kondisi sebelum pandemi. Hal ini membuat bunga yang ditawarkan akan semakin tinggi,” jelas Suhindarto, Senin (11/12/2023).
Dalam menerbitkan obligasi, kata Suhindarto, korporasi akan melakukan adaptasi strategi untuk menghadapi suku bunga yang tinggi terutama dengan menerbitkan obligasi dengan tenor yang lebih pendek berkisar 1 hingga 3 tahun.
Baca Juga
“Penerbitan obligasi tenor pendek didasarkan pada ekspektasi di tahun berikutnya suku bunga akan lebih baik atau lebih diturunkan, jadi mereka [korporasi] bisa refinancing lagi utangnya dengan bunga yang lebih rendah,” katanya.
Selain karena sebagai alternatif pembiayaan, korporasi yang diprediksi akan menerbitkan obligasi hingga 169 triliun tersebut juga didasari oleh kebutuhan refinancing lebih tinggi, terindikasi dari nilai surat utang yang jatuh tempo di 2024 sekitar Rp153,1 triliun yang lebih tinggi daripada 2023 sekitar Rp126,9 triliun.
Suhindarto juga mengatakan aktivitas sektor riil yang terjaga yang berasal dari aktivitas kampanye menjelang pemilu serentak membuat permintaan tetap kuat dan stabil, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berkisar pada 4,8% -5,2% dengan inflasi pada rentang 2,0%-3,5%.
“Terakhir, kondisi wait and see yang cenderung menurun, seiring kepastian kontestasi pemilu serta program prioritas yang diusung,” imbuhnya.