Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masih di Bawah Harga IPO, Saham NCKL Bisa Terangkat Sentimen Akuisisi

Samuel Sekuritas mempertahankan rating BUY untuk saham Harita Nickel (NCKL) dengan target harga sebesar Rp1.500 per saham.
Pabrik bahan baku baterai mobil listrik yang dibangun oleh Harita Nickel di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan sudah memasuki tahap konstruksi akhir. Istimewa/Harita Nickel
Pabrik bahan baku baterai mobil listrik yang dibangun oleh Harita Nickel di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan sudah memasuki tahap konstruksi akhir. Istimewa/Harita Nickel

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel mengakusisi dua perusahaan tambang sekaligus yang membuat cadangan nikel perseroan bertambah. Aksi korporasi tersebut berpeluang menjadi katalis yang dapat mengangkat saham NCKL dari level saat ini yang masih di bawah harga IPO.

NCKL baru-baru ini mengakuisisi 99% saham PT Gane Tambang Sentosa (GTS) yang berlokasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, dengan nilai transaksi sebesar Rp7,9 miliar. Akuisisi ini akan membuat cadangan nikel perseroan bertambah menjadi 302 juta wet metric ton (wmt).

PT GTS memiliki konsesi tambang nikel yang belum beroperasi dengan luas area sebesar 2.314 hektar dan masa berlaku IUP sampai tahun 2040. Sesuai rencana, NCKL akan melakukan aktivitas pengeboran untuk mengetahui besaran cadangan dan sumber daya bijih nikel.

Pada saat yang bersamaan, NCKL menambah kepemilikan saham di PT Gane Permai Sentosa (GPS) dari semula 70% menjadi 99%. Selain dapat meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel, akuisisi senilai Rp48,8 miliar ini diharapkan dapat memperkuat kontribusi finansial terhadap NCKL.

Analis Samuel Sekuritas Juan Harahap & Haikal Putra Samsul menyebutkan akuisisi yang dilakukan NCKL atas 29% kepemilikan tambang GPS dan 99% kepemilikan tambang GTS akan menjadi katalis positif bagi perusahaan.

Dengan asumsi harga US$10 per ton untuk limonit dan US$15 per ton untuk saprolit, serta total cadangan sebesar US$20 juta Wmt (tambang GPS) dan US$38 juta Wmt (tambang GTS), perhitungan analis Samuel Sekuritas menunjukkan bahwa nilai wajar aset tersebut masing-masing adalah sebesar US$220 juta dan US$400 juta. Nilai ini jauh lebih tinggi dari jumlah yang dibayarkan NCKL untuk kedua tambang yakni US$3,1 juta dan US$0,5 juta.

“Kami juga meyakini aset-aset tersebut akan menjamin keberlangsungan operasi NCKL di masa mendatang, mengingat renana NCKL untuk memperluas kapasitas smelter,” kata Juan dan Haikal dalam risetnya, dikutip Jumat (8/12/2023).

NCKL tercatat membukukan pendapatan pendapatan kumulatif sebesar Rp17.3 triliun sepanjang Januari-September 2023, atau melesat 135,1% secara tahunan. Pertumbuhan ini sejalan dengan perkiraan Samuel Sekuritas dan konsensus analis.

Pertumbuhan pada kuartal III/2023 terutama didorong oleh kenaikan volume penjualan, salah satunya berkat peningkatan output dari pabrik peleburan HJF milik perusahaan hingga naik 70,6% secara kuartalan, yang mengimbangi penurunan rata-rata harga jual (average selling price/ASP).

Terkait bottom line, NCKL membukukan laba bersih kumulatif sepanjang Januari-September sebesar Rp4,5 triliun atau tumbuh 23,8% secara tahunan. Posisi ini juga masih sejalan dengan penilaian konsensus.

Samuel Sekuritas mempertahankan rating BUY untuk NCKL dengan target harga sebesar Rp1.500 per saham, menyiratkan proyeksi P/E 2024 sebesar 10,1x. Adapun risiko pada saham NCKL adalah harga komoditas yang lebih rendah dari perkiraan, ataupun perubahan regulasi di sektor tersebut.

Sebagai informasi, saham NCKL tercatat ditutup naik 0,49% ke level Rp1.020 pada akhir perdagangan Kamis (7/12/2023). Harga ini masih di bawah harga IPO yang sebesar Rp1.250 per saham saat NCKL melantai di bursa pada 12 April 2023.

_________________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper