Bisnis.com, JAKARTA – Penggabungan 13 perusahaan di bawah holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menjadi dua subholding, yakni PalmCo dan SupportingCo resmi terbentuk. Peluang initial public offering (IPO) dua perusahaan ini pun kian terbuka.
Berdasarkan keterangan resmi, PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai entitas bertahan atau surviving entity dan pemisahan tidak murni PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV.
Sementara itu, pembentukan SupportingCo ditempuh melalui penggabungan perusahaan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I.
Langkah merger turut membuka peluang PalmCo dan SupportingCo untuk menggelar aksi penawaran umum perdana atau IPO pada 2024. Hal ini selaras dengan ambisi Menteri BUMN Erick Thohir yang terus mendorong perusahaan pelat merah untuk melantai.
Pada pertengahan November 2023, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani telah menyatakan bahwa rencana IPO akan difokuskan usai subholding PalmCo dan SupportingCo terbentuk.
Dia menuturkan PTPN menargetkan perluasan area kelapa sawit dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Upaya tersebut akan ditempuh perseroan dengan mengonversi lahan karet dan komoditas lainnya ke kelapa sawit.
Baca Juga
“Inilah yang akan kami bawa dalam kaitannya dengan rencana IPO tahun depan,” ujar Gani dalam media briefing di Kementerian BUMN pada 14 November 2023.
Oleh sebab itu, PTPN terus mempersiapkan secara matang langkah IPO dengan harapan aksi korporasi tersebut dapat dilaksanakan pada 2024. Mengingat persiapan IPO telah dilakukan perseroan sejak pertengahan 2022.
Di sisi lain, penggabungan ini diharapkan membuat PalmCo menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600.000 hektare pada 2026. Subholding ini juga ditargetkan menjadi pemain utama industri sawit dunia.
PTPN dipercaya mampu berkontribusi meningkatkan produksi crude palm oil (CPO) nasional dan minyak goreng dalam negeri. PTPN memperkirakan, produksi minyak goreng akan naik dari 460.000 ton/tahun di 2021 menjadi 1,8 juta ton/tahun pada 2026.
Ghani menambahkan integrasi ini akan memperkuat posisi perusahaan karena memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang didukung pemanfaatan sumber daya lahan, sumber daya manusia, inovasi teknologi, dan digitalisasi.
Adapun strategi subholding secara konkret bertujuan memaksimalkan nilai aset landbank guna meraih nilai tambah, peningkatan margin Ebitda dalam 5 tahun mendatang, diikuti dengan peningkatan ekuitas, serta fokus bisnis yang semakin kuat.