Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah hari ini dibuka menguat dengan meninggalkan level psikologis Rp15.400. Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia saat dolar AS mendekati penurunan 4% selama bulan November atau kinerja bulanan terburuk dalam setahun.
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (29/11/2023) pada pukul 09.05 WIB, nilai tukar rupiah dibuka 0,49% atau 75 poin ke level Rp15.361 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama turun 0,16% atau 0,17 poin ke 102,58.
Adapun ringgit Malaysia tampak paling kuat pagi ini di Asia dengan menguat 0,55%, yen Jepang juga naik 0,36%, dolar Taiwan terapresiasi 0,42%, won Korea Selatan menguat 0,45%, dan yuan China naik 0,17%.
Mengutip Reuters, Rabu (29/11/2023), dolar AS melemah secara luas pada awal perdagangan Rabu dan mencapai titik terendah terhadap yen dalam lebih dari dua bulan. Dolar AS juga perlahan mendekati level terendah tiga bulan terhadap mata uang utama lainnya, seiring meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga pada awal tahun depan.
Dolar AS jatuh ke level 147,02 terhadap yen Jepang dan mendorong euro kembali di atas US$1,10, setelah Gubernur Fed Christopher Waller, yang dikenal hawkish dan berpengaruh di bank sentral, pada Selasa menandai kemungkinan penurunan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.
“Dia relatif hawkish, secara historis, jadi jika sikapnya berubah sedikit lebih dovish, hal ini menunjukkan bahwa mungkin konsensus umum dari anggota dewan adalah bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya, bahkan mungkin bisa diturunkan pada tahun depan," kata Kyle. Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com.
Baca Juga
Berdasarkan indikator CME FedWatch, perkiraan pasar saat ini menunjukkan peluang sebesar 40% bagi The Fed untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya pada Maret mendatang, dibandingkan dengan peluang sebesar 22% pada hari sebelumnya.
Terhadap sejumlah mata uang, greenback merosot ke level terendah lebih dari tiga bulan di 102,60. Indeks dolar mengincar penurunan hampir 4% untuk bulan November, kinerja bulanan terburuk dalam setahun.
“Kami menjadi kurang konstruktif terhadap prospek dolar AS, karena kemajuan dalam mengurangi inflasi AS menunjukkan risikonya cenderung ke arah pelonggaran The Fed lebih awal dibandingkan nanti,” kata ekonom di Wells Fargo dalam sebuah catatan.