Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara menguat di tengah India meminta Australia mengambil langkah untuk memastikan pasokan batu bara kokas yang stabil. CPO juga memberikan sinyal penguatan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember 2023 menguat 0,99% atau 1,25 poin ke level US$127,25 per metrik ton pada Rabu (15/11/2023). Kemudian, batu bara ICE Newcastle kontrak November 2023 menguat 0,61% atau 0,75 poin ke level US$123,25 per metrik ton.
Pemerintah India akan meminta Australia mengambil langkah-langkah untuk memastikan pasokan batu bara kokas yang stabil, sebagai upaya untuk membantu pabrik-pabrik baja yang terguncang oleh penurunan pasokan dan kenaikan harga bahan baku utama dalam pembuatan baja.
Pejabat paling senior di Kementerian Baja India, Nagendra Nath Sinha, diperkirakan akan bertemu dengan komisaris tinggi Australia untuk India, Philip Green, dan membahas mengenai kebutuhan batu kokas tersebut. Keduanya diperkirakan bertemu pada Jumat (17/11).
Australia sendiri menyumbang lebih dari separuh impor batu bara kokas India, yaitu sekitar 70 juta metrik ton per tahun.
Namun, walaupun produsen besar India masih bergantung pada Australia, terutama pada beberapa jenis komoditas tertentu, jika kondisi cuaca yang tak menentu berdampak pada pasokan batu bara kokas Australia, pabrik baja India berusaha beralih ke negara lain seperti Rusia. India juga mengimpor batu bara kokas dari Amerika.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis, India berencana untuk meningkatkan produksi batu bara di negaranya menjadi 1,404 miliar ton pada tahun 2027. Negara Bollywood tersebut juga sedang mempersiapkan diri untuk lonjakan permintaan batu bara, yang diperkirakan mencapai sekitar 400 juta ton, untuk mendukung penambahan kapasitas termal sekitar 80 GW yang diproyeksikan hingga tahun 2030.
Menurut data Kpler, India telah menjadi pendorong sisi permintaan utama pasar batu bara global pada Oktober 2023.
Wakil Menteri Energi Rusia Sergei Mochalnikov mengatakan bahwa Rusia kemungkinan akan memproduksi 440 juta metrik ton batu bara pada 2023 dan mengekspor 220 juta ton.
Harga CPO
Harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit untuk kontrak Desember 2023 di bursa derivatif Malaysia menguat 75 poin menjadi 3,900 ringgit per metrik ton. Sementara, untuk kontrak Januari 2024 juga menguat 75 poin menjadi 3,979 ringgit per metrik ton.
Minyak sawit berjangka Malaysia diperdagangkan lebih tinggi para Rabu (15/11) memperpanjang kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut, didukung oleh kekuatan minyak saingannya di Chicago dan Dalian.
"Semalam minyak saingan yang kuat telah mengangkat patokan. Aksi ambil untung di pagi hari membawa harga untuk menguji level terendah 3.935 ringgit, sebelum mendapatkan kembali momentum kenaikan ke level tertinggi tengah hari di 3.971 ringgit," jelas analis yang berbasis di Kuala Lumpur.
Minyak sawit di pasar minyak nabati Eropa naik tajam pada Selasa (15/11) menyusul kenaikan harga minyak sawit berjangka Malaysia. Harga minyak sawit sendiri naik antara US$5 dan US$47,5 per ton.
Malaysia sendiri yakin bahwa ekspor minyak sawit dan produk terkaitnya ke China semakin meningkat pada tahun ini. Malaysia mengirimkan komoditas dan produk terkait senilai US$3,72 miliar pada 2022 ke China.
Berdasarkan catatan Bisnis, impor minyak sawit dan minyak bunga matahari India pada tahun 2022/23 masing-masing melonjak sebesar 24% dan 54%. Keduanya mencapai rekor tertinggi lantaran meningkatnya konsumsi dan tersedia dengan harga lebih murah dengan minyak kedelai saingannya.
Malaysian Palm Oil Board juga menuturkan bahwa pada akhir Oktober, stok minyak sawit mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada akhir Oktober 2023, meskipun ekspor lebih besar dari perkiraan.
Surveyor kargo Societe Generale de Surveillance memproyeksikan ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-10 November 2023 sebesar 404.074 ton.
Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade, BOcv1, naik 0,27%. Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, naik 2,19%, sedangkan kontrak minyak sawit, DCPcv1, meningkat 2,75%.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai mata uang ringgit terhadap dolar menguat 0,98% pada penutupan Rabu (15/11). Ringgit yang lebih kuat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.