Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Kena Jegal Dolar AS yang Naik Tipis Berkat Data Ritel

Harga emas terkoreksi akibat data ritel ekonomi Amerika Serikat mampu mendorong penguatan dolar AS sebagai lawan abadinya.
Pandu Gumilar,Redaksi
Pandu Gumilar & Redaksi - Bisnis.com
Kamis, 16 November 2023 | 05:05
Karyawan menunjukan emas di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Selasa (22/8/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan emas di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Selasa (22/8/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas terkoreksi akibat data ritel ekonomi Amerika Serikat mampu mendorong penguatan dolar AS sebagai lawan abadinya.

Tim riset MIFX menyatakan harga emas tergelincir laporan Retail Sales AS yang lebih baik dari ekspektasi membantu memulihkan minat pasar terhadap dolar AS yang redup karena isu pemangkasan suku bunga bank sentral AS di tahun 2024.   

Mereka berpendapat di atas indikator awan Ichimoku Kinko Hyo, tetapi memotong ke bawah garis Tenkan-Sen (merah), walau masih di atas garis Kijun-Sen (biru), dengan pola kumo bullish yang menjadi support di $1.964,30, yang mencerminkan koreksi pada trend naik yang berjalan.

Untuk saat ini, level resistance harga emas berada pada posisi US$1.967 - US$1.970,30, sedangkan level support ada pada US$1.964,30 - $1.961,00

Di sisi lain, Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menyebutkan prospek kenaikan harga emas semakin mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan. Investor dapat melihat peluang untuk beralih ke emas sebagai bentuk perlindungan dan potensi keuntungan.

Data menunjukkan inflasi AS yang melandai ke 3,2% secara tahunan atau year-on-year (YoY), lebih rendah dibandingkan bulan September, sebesar 3,7% (YoY). Bahkan, angka tersebut masih di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 3,3%.

“Berita inflasi AS yang dirilis menjadi pemicu utama penguatan emas. Dalam situasi di mana inflasi AS melandai, pergerakan emas cenderung menguat, sementara nilai Dolar AS cenderung melemah. Selain itu, bahwa kondisi ini akan berlanjut, dan hari ini dapat menjadi sambungan dari tren penguatan yang telah terlihat.” kata Fischer.

Data secara bulanan menunjukkan, inflasi AS stagnan dan mencapai 0%. Sedangkan inflasi inti yang tidak termasuk makanan dan energi turun 4% (YoY) dibandingkan bulan September sebesar 4,1%.

Penurunan tersebut pun disambut baik oleh para pelaku pasar global, karena dengan begitu bank sentral AS (The Fed) kemungkinan akan melonggarkan kebijakan moneternya lebih cepat dari yang diantisipasi sebelumnya.

Bahkan, para pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada Mei 2024. CME FedWatch tool mencerminkan peluang 100% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga di level yang sama pada Desember, atau meningkat dari 86% sebelum laporan inflasi.

Reaksi pasar terhadap data inflasi AS terlihat dari indeks dolar yang turun ke 104,08 pada perdagangan Selasa (14/11/2023). Angka tersebut merupakan level terendah sejak 31 Agustus 2023. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun pun melemah 4,45%, level terendah sejak 22 September 2023.

Di sisi lain, Shutdown Government AS tengah menjadi sorotan. Dampak dari ketidakpastian tersebut, menurut Fischer akan mendorong pergerakan emas ke arah positif. Ketidakpastian politik dan ekonomi cenderung membuat investor mencari perlindungan dalam aset yang lebih aman, seperti emas.

Tidak hanya itu, konflik Timur Tengah dan faktor geopolitiknya juga secara historis mendorong kenaikan harga emas. Fischer memprediksi bahwa hal itu akan memberikan dorongan yang positif juga bagi logam mulia. (Daffa Naufal Ramadhan)

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual emas. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar & Redaksi
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper