Bisnis.com, JAKARTA – Tiga instrumen investasi yaitu Surat Berharga Negara (SBN), deposito dan reksa dana masih menjadi pilihan investor konservatif kala pasar global masih fluktuatif. Namun, reksa dana masih disebut sebagai pilihan investasi yang lebih likuid dibandingkan dua kompetitornya.
Director & Chief Investment Officer, Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan ketiga instrumen investasi, baik SBN, deposito maupun reksa dana masih memiliki daya tarik karena besaran kupon yang diberikan masih berada di level yang tidak jauh berbeda.
“Pilihannya kembali pada preferensi investor,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (9/11/2023).
Ezra mengatakan beberapa hal yang menjadi keunggulan reksa dana, misalnya terkait likuiditas dan pajak. SBN dan deposito memberi peluang untuk investor untuk lock yield, sementara reksa dana pasar uang ada fleksibilitas untuk kita cairkan kapan saja.
Selain itu, reksa dana pasar uang juga memiliki keunggulan terutama dari sisi pajak. Kupon di SBN masih dikenakan pajak 10%, deposito 20%, sementara reksa dana pasar uang sudah net pajak.
Di tengah kondisi pasar global yang fluktuatif, kata Ezra, sangat lazim kalau minat investor cenderung tinggi di aset dengan risiko konservatif seperti deposito dan SBN. Namun pihaknya melihat minat investor yang tetap baik di reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang.
Baca Juga
Terpisah, CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra juga menyebutkan preferensi investor saat ini akan sangat tergantung dengan profil risiko, dan tujuan investasi masing-masing investor.
SBN ritel dan deposito tentunya menawarkan kupon yang menarik dengan risiko yang relatif rendah dan ini menjadikannya pilihan bagi investor yang cenderung konservatif.
Di sisi lain, reksa dana pasar uang memberikan keseimbangan antara tingkat pengembalian yang wajar dan tingkat likuiditas yang tinggi, cocok untuk investor yang mencari fleksibilitas.
“Tetapi umumnya reksa dana pasar uang banyak memiliki keunggulan daripada deposito, terutama dari sisi kinerja yang cukup kompetitif dengan deposito tapi secara bersamaan memiliki tingkat likuiditas tinggi,” jelas Guntur menjawab Bisnis.
Guna dapat mendongkrak maksimal kinerja portofolio di tengah gejolak pasar global, sejumlah MI memiliki racikan tersendiri yang disiapkan untuk investornya. Racikan tersebut mempertimbangkan tujuan dan karakteristik nasabah.
Pinnacle Persada Investama, kata Guntur sebagai manajer investasi dapat terus memantau peluang pasar, melakukan pembaruan portofolio yang dinamis sesuai dengan pergerakan pasar, dan membangun komunikasi secara transparan dengan investor.
“Selain itu, edukasi terus-menerus tentang manfaat jangka panjang dari reksa dana dapat menjadi kunci untuk mempertahankan minat investor di tengah persaingan dari instrumen investasi lainnya,” jelasnya.
Sementara Manulife, Ezra mengatakan juga pihaknya selalu memantau kondisi pasar, utamanya untuk reksa dana pasar uang Manulife mengoptimalkan bauran alokasi di deposito dan juga obligasi korporasi jatuh tempo kurang dari satu tahun untuk menjadi yield booster bagi portofolio.