Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja keuangan operator telekomunikasi terbesar di Tanah Air, yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. dalam 5 tahun terakhir relatif stabil, meskipun tidak selalu tumbuh positif. Perseroan mampu konsisten menjaga margin laba di kisaran 14% hingga 18% untuk periode 9 bulanan.
Emiten telekomunikasi pelat merah tersebut baru saja merilis laporan keuangannya untuk periode September 2023 dengan hasil yang cukup memuaskan. Pendapatannya memang tumbuh tipis, tetapi laba bersih sukses melesat double digit, yakni pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
TLKM mencetak pendapatan senilai Rp111,23 triliun per September 2023. Pendapatan ini meningkat 2,17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp108,8 triliun atau secara year-on-year (YoY).
Dengan hasil tersebut, TLKM membukukan laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk atau laba bersihnya menjadi Rp19,4 triliun. Laba bersih ini naik 17,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp16,5 triliun.
Berita tentang kinerja Telkom menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Selasa (7/11/2023). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:
Baca Juga
Kerja Keras Memoles Investasi Panas Bumi
Masih tingginya faktor risiko serta masalah keekonomian lapangan panas bumi menjadi pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan pemerintah untuk dapat mengakselerasi pengembangan dan pemanfaatan energi yang digadang-gadang mampu menjadi backbone sistem ketenagalistrikan nasional itu.
Terlebih, kapasitas listrik terpasang dari panas bumi diketahui baru sekitar 2.175 megawatt (MW), padahal potensi cadangan panas bumi Indonesia lebih besar dibandingkan dengan sumber energi baru dan terbarukan (EBT) lainnya.
Kalau mengutip kajian Think Geo Energy pada 2020, Indonesia bahkan menempati posisi kedua dengan sumber daya panas bumi terbesar di dunia, dengan potensi yang mencapai 23,76 gigawatt (GW).
Dengan potensi yang mencapai 23,76 GW seperti kajian Think Geo Energy tersebut, panas bumi seharusnya sudah dimanfaatkan dengan optimal untuk mencapai target netral karbon pada 2060.
Dosis Stimulus Ekonomi Mesti Ditambah
Ekonomi nasional membutuhkan stimulus agar dapat mewujudkan target pertumbuhan di angka 5,2–5,3% pada tahun ini. Realisasi pertumbuhan PDB pada kuartal III/2023 hanya 4,9% di bawah proyeksi pemerintah sebesar 5% dan merupakan angka pertumbuhan ekonomi terendah dalam 8 kuartal terakhir.
Beberapa komponen penopang PDB tercatat cukup lunglai, terutama konsumsi rumah tangga dan ekspor yang menurun bahkan negatif. Kembali tertekannya daya beli masyarakat dan kinerja dari sisi ekspor, disebabkan oleh rendahnya permintaan untuk produk nonmigas, dan pelemahan harga komoditas sehingga memengaruhi ekspor migas.
Merespons data tersebut, pemerintah lagi-lagi menyiapkan paket kebijakan insentif fiskal yang diumumkan hari ini. Sejauh ini, insentif yang diberikan pemerintah kurang komprehensif karena hanya fokus pada sisi permintaan atau konsumsi.
Sementara itu, stimulus untuk mendorong sisi penawaran atau produksi masih kurang diperhatikan oleh pemerintah. Meskipun sesungguhnya pelaku usaha cukup keteteran menyeimbangkan ongkos produksi di tengah pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan suku binga acuan dan turunnya permintaan, baik pasar domestik maupun internasional.
Catatan di Balik Rekor Pertumbuhan Laba TLKM dalam 5 Tahun
Analis Samuel Sekuritas, Jonathan Guyadi dan Brandon Boedhiman, dalam risetnya memperkirakan ke depan, bisnis seluler Telkom akan mempertahankan tren positifnya, didukung oleh normalisasi pertumbuhan pelanggan dan ruang pertumbuhan yang luas untuk ARPU [average revenue per unit] di kuartal IV/2023.
"Kami mempertahankan opini positif kami untuk TLKM, karena kami yakin bahwa dominasinya di sektor telco Indonesia akan membantu mendukung pertumbuhan pendapatan dan profitabilitasnya dalam jangka panjang," tulis Jonathan dan Brando dalam risetnya.
Namun, lanjut mereka, karena harga saham GOTO telah turun drastis yakni -31% year-to-date (YTD), Samuel Sekuritas memutuskan untuk melakukan revisi pada proyeksinya. Hal ini mengingat TLKM berpotensi mencatatkan kerugian Rp711 miliar dari investasi di GOTO.
Samuel Sekuritas memberikan rating buy untuk TLKM, dengan target price (TP) sebesar Rp4.500 per saham. Analis Aldiracita Sekuritas Indonesia, Selvi Ocktaviani, juga merekomendasikan beli saham TLKM dengan target harga Rp4.400.
Sinyal Optimisme Emiten di Balik Kucuran Capex Jumbo
Sejumlah emiten telah menggelontorkan dana jumbo untuk belanja modal hingga kuartal ketiga tahun ini, menunjukkan tingginya optimisme emiten terhadap prospek bisnis jangka menengah-panjang di tengah kondisi ekonomi terkini yang sejatinya masih penuh ketidakpastian.
Sebagai contoh, duo emiten Grup Astra, yakni PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) dan PT United Tractors Tbk. (UNTR) membukukan pertumbuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang tinggi hingga kuartal III/2023.
Direktur Astra Otoparts, Wanny Wijaya, mengatakan bahwa selama Januari—September 2023, AUTO telah menyerap belanja modal sebesar Rp386 miliar. Realisasi ini tumbuh 94% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Serapan belanja modal sampai akhir tahun ini mayoritas digunakan untuk meningkatkan kapabilitas dan maintenance rutin manufaktur kami, sehingga produktivitasnya selalu meningkat," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (5/11/2023).
Angka Pengangguran RI dan Strategi Capres Buka Lapangan Kerja
Sedikitnya 7,86 juta orang di Indonesia tercatat sebagai pengangguran hingga Agustus 2023. Jumlah tersebut turun 0,56 juta dibandingkan Agustus 2022.
Badan Pusat Statistik melaporkan terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 4,55 juta orang sepanjang Agustus 2022-Agustus 2023. Dengan begitu, jumlah penduduk bekerja pada Agustus 2023 tercatat sebanyak 139,85 juta orang atau naik dari tahun sebelumnya 135,30 juta orang.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan, penduduk usia kerja pada Agustus 2023 tercatat sebanyak 212,59 juta orang atau meningkat 3,17 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, dia menyebut tidak semua angkatan kerja terserap.
“Dari penduduk usia kerja tersebut, 147,71 juta di antaranya merupakan angkatan kerja. Ini naik 3,99 juta orang dibandingkan Agustus 2022,” kata Amalia dalam Rilis BPS, Senin (6/11/2023).