Bisnis.com, JAKARTA -- Harga emas spot mengalami koreksi pada perdagangan Selasa dini hari, (7/11/2023), ke posisi US$1,977.68 per troy ons.
Harga emas spot mengalami tren pelemahan sejak memasuki November. Pasalnya harga emas yang terparkir di US$1,977.68 per troy ons adalah harga terendah selama sepekan terakhir.
Padahal harga emas sempat melesat ke posisi harga tertinggi di US$2.002 per troy on ketika eskalasi konflik Israel dan Palestina meningkat.
Sebelumnya, Menurut Analis dari Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer, harga emas dalam waktu dekat cenderung mengalami penurunan. Salah satu alasan yang mendasarinya adalah minat investor yang mulai beralih ke komoditas lain, seperti minyak mentah (WTI).
"Meskipun harga emas dapat mengalami penurunan dalam jangka pendek, ada potensi kenaikan yang signifikan di masa depan," ujarnya pada Senin 6 Maret 2023. Menurutnya, ada dua faktor utama penyebab kenaikan harga emas yakni Pertama, penurunan nilai dolar Amerika (USD) yang diperkirakan akan berlangsung dalam jangka panjang.
Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan pelemahan USD, yang telah mempengaruhi pasar emas secara positif. "Emas biasanya memiliki hubungan terbalik dengan dolar; ketika USD melemah, harga emas cenderung naik," ujarnya.
Baca Juga
Kedua, dampak dari potensi Shutdown Pemerintah AS yang diprediksi akan terjadi pada bulan November ini. Fenomena seperti ini cenderung menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan dan membuat investor mencari tempat yang lebih aman untuk menyimpan nilai aset mereka.
"Emas telah lama dianggap sebagai tempat berlindung yang aman di tengah ketidakpastian", katanya. Secara teknikal, pada tanggal 6 September 2023, harga emas berada dalam tren penurunan dengan level supply yang berkisar antara US$1992.52 per troy ons hingga US$1995.17 per troy ons.
China menambah kepemilikan emasnya selama 12 bulan berturut-turut di bulan Oktober, menambah gelombang pembelian oleh bank sentral global yang memberikan dukungan terhadap harga emas batangan.
Stok emas yang dilaporkan oleh People’s Bank of China naik sekitar 740,000 troy ounce pada bulan Oktober, menurut data resmi yang dirilis pada hari Selasa. Itu setara dengan sekitar 23 ton, dan total kepemilikannya mencapai 2.215 ton.
Pemerintah China merupakan salah satu penimbun emas terbesar dalam satu tahun terakhir seiring negara-negara mulai dari Polandia hingga Singapura mendiversifikasi cadangan keuangan mereka dengan menambahkan logam mulia. Pembelian bank sentral kembali meningkat pada kuartal ketiga ke jumlah tertinggi tahun ini, menurut Dewan Emas Dunia.
Tiongkok telah menjadi titik terang dalam hal permintaan emas secara keseluruhan pada tahun 2023, dan harga domestik diperdagangkan pada level rekor pada minggu lalu. Permintaan investasi terhadap emas akan tetap kuat hingga akhir tahun ini, kata Dewan Emas Dunia.
Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan secara teknikal, harga emas terus mengalami penurunan pada hari Senin (7 November) setelah mengalami pelemahan pada sesi perdagangan sebelumnya pada Selasa (6 November). Emas spot kembali turun sebesar 0,11% menjadi $1.975,76 per ons pada pukul 07.58 WIB setelah sebelumnya turun sebesar 0,59% pada sesi Senin kemarin. Sementara itu, harga emas berjangka juga turun sebesar 0,31% menjadi $1.982,35 setelah sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,61% pada Senin.
"Perlu diperhatikan bahwa harga emas telah mengalami kenaikan lebih dari 7% selama bulan Oktober karena ketegangan di Timur Tengah mendorong permintaan akan aset safe haven, termasuk emas," ujarnya.
Analis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer, mengatakan harga emas dunia secara fundamental masih cenderung untuk melanjutkan penurunan, dan potensi penurunan ini akan terus berlanjut sesuai dengan target support yang telah ditentukan. "Penurunan harga emas ini juga dipengaruhi oleh antisipasi Jerome Powell Speech yang merupakan ketua Federal Reserve (The Fed) pada minggu ini," ujarnya pada Selasa, 7 November 2023.
Andrew mengatakan Powell akan memberikan pidato kunci dalam acara The Fed, memiliki kecenderungan untuk membuat nilai Dolar Amerika Serikat (USD) cenderung menguat sedikit. Hal ini disebabkan oleh dukungan yang diberikan oleh imbal hasil obligasi AS, yang pada gilirannya dapat membuat harga emas cenderung turun. "Ini dapat diartikan bahwa The Fed mungkin ingin memperkuat nilai USD dan mencoba untuk memperbaiki perekonomian di Amerika Serikat, ujar Andrew.