Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pelat merah PT Krakatau Steel Tbk. (KRAS) mencatatkan kerugian sepanjang sembilan bulan 2023 akibat dari tidak beroperasinya fasilitas pabrik Hot Strip Mill 1.
Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan kerugian yang dialami KRAS merupakan salah satu dampak tidak beroperasinya fasilitas Hot Strip Mill 1 akibat kerusakan pada switch house finishing mill.
"Namun demikian, KRAS tetap berupaya semaksimal mungkin menjaga performa kinerjanya selama recovery pabrik HSM 1 melalui sinergi antar anak perusahaan yang juga menjadi modal dasar perseroan untuk tetap sustain dalam menjalankan operasionalnya,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (3/11/2023).
Laba kotor KRAS anjlok 44,08% menjadi US$106,79 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$190,97 juta. KRAS juga membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$61,40 juta atau sekitar Rp951,04 miliar. Padahal periode tahun lalu KRAS masih membukukan laba bersih sebesar US$80,15 juta.
Selain karena tidak beroperasinya pabrik, kerugian juga disebabkan oleh sisi non operasional KRAS masih harus menanggung beban keuangan sebesar US$96,72 juta serta terdapat rugi atas selisih kurs sebesar US$1,12 juta.
Adapun untuk kewajiban, KRAS mencatatkan telah menurunkan hutang berbunga (interest bearing debt) semula US$1,73 miliar atau setara Rp26,96 triliun pada Desember 2022 menjadi sebesar US$1,48 juta atau setara Rp22,96 triliun karena adanya pembayaran sebagian pokok Tranche A dan Tranche B sebesar US$284 juta.
Baca Juga
“Krakatau Steel juga secara konsisten terus memberikan kontribusi positif kepada negara dalam bentuk pembayaran pajak sampai dengan September 2023 sebesar Rp2,7 Trilliun,” katanya.
Per September 2023, KRAS mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 31,45% menjadi US$1,26 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$1,84 miliar.
Pendapatan itu ditopang oleh penjualan produk baja lokal sebesar US$1,02 miliar dan penjualan ekspor sebesar US$54,38 juta. Kemudian ada pula pendapatan dari segmen sarana infrastruktur tercatat sebesar US$165,57 juta, rekayasa dan konstruksi sebesar US$7,2 juta dan jasa lainnya sebesar US$12,83 juta.