Bisnis.com, JAKARTA — Emiten energi PT Indika Energy Tbk. (INDY) membukukan penurunan kinerja hingga 9 bulan 2023. Laba bersih INDY turun menjadi US$93,8 juta atau setara Rp1,49 triliun (kurs Rp15.884 per dolar AS).
Dalam laporan keuangannya, INDY membukukan pendapatan senilai US$2,29 miliar atau setara Rp36,5 triliun hingga kuartal III/2023. Pendapatan ini turun 26,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,13 miliar.
Pendapatan INDY ini diperoleh dari pendapatan kontrak dan jasa sebesar US$229,2 juta, penjualan batu bara ke luar negeri senilai US$1,68 miliar, penjualan batu bara ke pelanggan dalam negeri sebesar US$357,1 juta, dan perdagangan lainnya sebesar US$25,7 juta.
Sementara itu, berdasarkan segmennya, jasa energi memberikan kontribusi pendapatan ke INDY sebesar US$184,09 juta, sumber daya energi sebesar US$2,04 miliar, logistik dan infrastruktur senilai US$34,2 juta, dan mineral sebesar US$21,8 juta. Lalu bisnis hijau sebesar US$10,6 juta, dan ventura digital sebesar US$4,25 juta.
Pos beban pokok pendapatan INDY juga tercatat turun 9,19% menjadi US$1,85 miliar, dari US$2,04 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Akan tetapi, penurunan beban ini belum mampu membuat laba bruto INDY meningkat pada 9 bulan 2023. Laba kotor INDY turun hingga 59,52% menjadi US$439,7 juta, dari sebelumnya sebesar US$1,08 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga
Hasil tersebut membuat laba bersih INDY ikut tergerus hingga 72,27%. Laba bersih INDY turun dari US$338,3 juta, menjadi US$93,8 juta atau setara Rp1,49 triliun.
Adapun hingga akhir September 2023, jumlah aset INDY turun menjadi US$3,12 miliar, dari sebelumnya US$3,59 miliar per akhir Desember 2022.
Jumlah liabilitas INDY ikut turun dari US$2,2 miliar di akhir 2022, menjadi US$1,76 miliar di akhir kuartal III/2023. Sementara itu, total ekuitas INDY naik tipis hingga 9 bulan 2023 menjadi US$1,36 miliar, dari sebelumnya US$1,34 miliar di tahun penuh 2022.