Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Era Suku Bunga Tinggi, IHSG Masih Sanggup Naik Tinggi?

Analis melihat era suku bunga tinggi yang terjadi saat ini dapat berisiko menahan laju IHSG.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve tercatat telah menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali sebesar 100 basis points (bps). Analis melihat era suku bunga tinggi ini dapat menahan laju IHSG di sisa tahun 2023. 

Head of Research InvestasiKu (Mega Capital Sekuritas) Cheril Tanuwijaya mengatakan terdapat banyak kejutan dari global maupun domestik yang mempengaruhi IHSG. Dia menuturkan, kejutan dari global datang dari konflik timur tengah yang meluas dan data-data ekonomi AS yang membuka peluang The Fed kembali menaikkan sukbung akibat inflasi yang meningkat. 

Sementara itu, dari dalam negeri, BI menaikan suku bunga yang mengejutkan pasar. Selain itu, lanjut dia, pelaku pasar masih mencermati program-program yang akan diluncurkan calon presiden berikutnya. 

Cheril mencatat, IHSG November sejak tahun 2013 cenderung melemah atau rata-rata melemah -0,19% atau sebanyak 7 kali pelemahan berdasarkan data Bloomberg. 

"Kami lihat dengan sentimen-sentimen tersebut di bulan November, IHSG berpotensi melemah terbatas dengan menguji support 6.560-6.900," ujar Cheril dihubungi, Selasa (31/10/2023).

Dia melanjutkan, saat ini fokus pelaku pasar masih kepada  kebijakan moneter The Fed. Sebagian pelaku pasar melihat terdapat potensi bagi The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga di akhir 2023 sebesar 25 bps. 

Jika suku bunga naik, kata Cheril, hal ini bisa membuat aliran dana asing kembali keluar dari Indonesia, apalagi indeks dolar juga tengah berada dalam tren penguatan. Hal ini menurutnya akan membuat banyak investor beralih ke US Treasury daripada instrumen berisiko moderate seperti equity. 

Di sisi lain, lanjutnya, kondisi ekonomi domestik masih kuat sehingga bisa menopang pemulihan ekonomi domestik dan terdapat harapan baru di balik pemilu tahun depan. Hal tersebut menurut Cheril bisa menjadi harapan bagi IHSG untuk rebound. 

"Musim earning juga baru dimulai yang semakin membuat pasar fluktuatif," ucap Cheril. 

Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen dan kejutan di pasar tersebut, InvestasiKu merevisi turun target IHSG ke level 7.100. Meski revisi turun, akan tetapi target ini masih lebih tinggi dibanding penutupan IHSG pada 2022 lalu di level 6.850.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper