Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York ditutup bervariasi pada perdagangan akhr pekan, Jumat (27/10/2023) waktu setempat, dengan Indeks Dow Jones dan S&P 500 berakhir ambles karena investor mencerna data ekonomi AS terbaru yang dirilis tampaknya mendukung skenario suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama.
Melansir Reuters, Sabtu (28/10/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup ambles 1,12% atau 366,71 poin ke 32.417,59, S&P 500 juga turun 0,48% persen atau 19,86 poin ke 4.117,37, sementara Nasdaq menguat 0,38% atau 47,41 poin ke level 12.643,01.
Nasdaq menguat, dengan saham-saham teknologi yang berdekatan dengan teknologi memberikan banyak dukungan, sementara indeks acuan S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average melemah.
Laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE) dari Departemen Perdagangan yang sangat dinantikan menunjukkan inflasi secara bertahap mereda sesuai perkiraan, semakin mendekati target tahunan Federal Reserve sebesar 2%, sementara belanja konsumen, yang menyumbang sekitar 70% perekonomian AS, membukukan kejutan kenaikan yang kuat.
“Perekonomian akan baik-baik saja dengan inflasi sekitar 3%,” kata Ross Mayfield, analis strategi investasi di Baird di Louisville.
"Ini adalah langkah terakhir untuk mencapai target The Fed saat ini. Itu tergantung seberapa agresif keinginan (The Fed) untuk mengejar suku bunga sebesar 2%. Itu adalah pertanyaan besarnya," tambahnya.
Baca Juga
Data tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap ekspektasi pasar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada pertemuan kebijakan bulan November.
Pada hari Jumat, musim pelaporan pada dasarnya telah mencapai setengah jalan, dengan 245 perusahaan di S&P 500 telah melaporkan. Dari jumlah tersebut, 78% telah menghasilkan pendapatan yang mengalahkan konsensus.
“Sulit untuk melawan tren di pasar, dan trennya semakin rendah,” Mayfield melanjutkan. "Labanya baik-baik saja tetapi tidak memberikan katalis yang memicu pembalikan ke atas."
Analis sekarang memperkirakan pertumbuhan pendapatan S&P tahunan agregat sebesar 4,3%, peningkatan tajam dibandingkan pertumbuhan 1,6% yang terlihat pada awal bulan.
“Pendapatan perusahaan teknologi besar dihargai karena kesempurnaannya, dan sebagian besar hanya 'bagus'. Itu tidak cukup, namun gambaran keseluruhannya bagus. Ini bisa menjadi landasan untuk reli hingga akhir tahun” tambah Mayfield.
Saham Amazon.com melonjak setelah raksasa e-commerce tersebut melaporkan pertumbuhan bisnis cloud-nya stabil dan memperkirakan peningkatan pendapatan selama musim liburan.
Saham Intel juga menguat tajam menyusul laporan triwulanan pembuat chip yang mengalahkan konsensus tersebut, sehingga mengangkat seluruh sektor.
Sementara saham Chevron tercatat melemah setelah perusahaan minyak dan gas tersebut melaporkan laba kuartal ketiga yang lebih rendah. Saham Exxon Mobil juga ditutup melemah setelah membukukan penurunan laba sebesar 54% dibandingkan tahun lalu.
Senasib, saham Ford Motor juga tenggelam setelah menarik perkiraan setahun penuh karena "ketidakpastian" atas ratifikasi kesepakatannya dengan serikat pekerja United Auto Workers yang tertunda, dan memperingatkan akan terus adanya tekanan pada kendaraan listrik.
Saham-saham yang mengalami penurunan melebihi jumlah saham-saham yang menguat di NYSE dengan rasio 2,69 banding 1; di Nasdaq, rasio 2,08 banding 1 mendukung penurunan. Adapun ketiga indeks utama yakni Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq dalam sepekan kompak mengalami koreksi.
IHSG Ambles 1,32% dalam Sepekan
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 44,2 poin ke level 6.758,79 pada perdagangan Jumat (27/10/2023). Sebanyak 279 saham menguat, 243 saham melemah, dan 235 saham terpantau stagnan. Sepanjang sesi perdagangan, IHSG bergerak pada kisaran 6.719-6.781.
Kendati begitu, selama sepekan IHSG tercatat telah ambles 1,32% pada posisi 6.758,793 dari 6.849,168 pada pekan sebelumnya.
Kapitalisasi pasar Bursa juga tercatat mengalami penurunan sebesar 0,84% menjadi Rp10,53 triliun dari Rp10,61 triliun pada pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian Bursa juga terpantau mengalami penurunan 23,38% menjadi Rp9,05 triliun dari Rp11,81 triliun pada penutupan pekan lalu.
Sementara itu, Investor asing pada Jumat (27/10/2023) mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp540,54 miliar dan sepanjang tahun 2023 investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp11,61 triliun.
Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan IHSG masih rawan pelemahan ke support level 6.730 di Jumat (27/10/2023). Pelemahan signifikan indeks di Eropa dan AS (26/10/2023) akan menekan IHSG di Jumat (27/10/2023).
Pasar dipengaruhi oleh antisipasi kenaikan the Fed rate sebesar 25 bps di FOMC 1 November 2023. Jajak pendapat oleh CME FedWatch Tools memperoleh hasil 97,1% peluang the Fed menaikkan suku bunga acuan di FOMC tersebut.
Kekhawatiran pasar kemungkinan meningkat jelang FOMC tersebut. Kondisi ini berpotensi memicu berlanjutnya kecenderungan capital outflow dan kembali menekan nilai tukar rupiah.