Bisnis.com, JAKARTA – Sebelum melaksanakan initial public offering (IPO), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) sempat kesulitan mendapatkan pendanaan dari bank hingga akhirnya meraih utang bernilai hampir US$1 miliar dari PT Pertamina.
Direktur Keuangan PGEO Nelwin Aldriansyah mengakui bahwa struktur permodalan perseroan tidak terlalu ideal sebelum melantai di bursa. Hal ini dikarenakan panas bumi merupakan bisnis yang berisiko tinggi, seperti halnya bisnis minyak dan gas.
“Eksplorasi itu punya risiko kegagalan atau keberhasilan mungkin 50:50. Jadi bisnis ini tidak bankable, tidak ada bank yang mau memberikan pinjaman bagi bisnis eksplorasi yang memiliki risiko tinggi,” ujarnya dalam Capital Summit & Market Expo 2023, Jumat (27/10/2023).
Kondisi itu pun membuat PT Pertamina (Persero), selaku induk usaha, memberikan pinjaman bernilai jumbo kepada PGEO guna memenuhi seluruh kebutuhan investasi. Pinjaman diberikan sebelum Pertamina Geothermal melantai di bursa.
“Sampai nilai utang kami kepada shareholder itu hampir mencapai US$1 miliar, tapi dari ekuitas yang telah disetorkan mencapai US$83 juta ditambah sekitar US$950 juta retained earnings selama operasi PEGO 15 tahun, ini kita lihat bisa direstrukturisasi,” tutur Nelwin.
Oleh karena itu, sebelum melantai di bursa, PGEO lebih dulu memperbaiki struktur permodalan. Kapitalisasi retained earnings hingga mengubah utang menjadi penyertaan modal dilakukan perusahaan untuk meraih permodalan yang ideal.
Baca Juga
“Setelah itu kami mulai menjajaki pinjaman perbankan, kenapa? Karena kami sudah punya aset yang beroperasi. Dengan aset yang beroperasi ini, sumber pembayaran tidak lagi dari eksplorasi tetapi dari operating assets,” pungkasnya.
PGEO lantas mendapatkan kredit sindikasi dari perbankan US$800 juta yang digunakan untuk refinancing. Hal itu memosisikan keuangan perseroan lebih sehat, serta mampu melunasi pinjaman dari Pertamina menjelang pencatatan saham perdana.
Pertamina Geothermal resmi melantai di bursa pada Februari 2023 dengan membanderol harga penawaran Rp875. Pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (27/10), saham PGEO ditutup meningkat 3,04% menuju level Rp1.355 per saham.
Sementara itu, PGEO saat ini memiliki total kapasitas terpasang 1.887 megawatt dari 13 wilayah kerja panas bumi. Perinciannya, sebanyak 672 megawatt dari operasional milik perusahaan dan 1.205 megawatt dari kontrak dengan klien.
-----------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.