Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia dan IHSG Semringah Berkat Stimulus Baru China

Investor pasar saham Asia merespons positif penerbitan obligasi pemerintah China yang dibaca sebagai pertanda stimulus ekonomi baru.
Presiden China Xi Jinping/ Bloomberg.
Presiden China Xi Jinping/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Sentimen dari China membantu saham-saham di kawasan Asia termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat karena investor merespons positif penerbitan obligasi pemerintah Negeri Panda itu yang dibaca sebagai pertanda stimulus ekonomi baru.

IHSG menguat 0,78% atau 53,02 poin ke 6.859,78 pada sesi pertama perdagangan hari ini, Rabu (25/10/2023). Sebanyak 309 saham menguat, 213 saham melemah, dan 209 saham stagnan.

Mengutip Reuters, indeks saham MSCI untuk Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,06 persen pada hari ini, bangkit dari level terendah sejak November 2022 yang terjadi kemarin. Sementara itu, indeks Hang Sang melejit lebih dari 1%, sedangkan Nikkei Jepang melesat 1,2%.

Harga obligasi pemerintah AS hari ini mempertahankan pemulihannya setelah imbal hasil tenor 10 tahun menembus 5% pada Senin (23/10/223), dengan imbal hasil acuan menguat di 4,82%.

Saham induk Google, Alphabet turun 6% dalam perdagangan setelah jam kerja karena kekecewaan investor terhadap bisnis cloud yang melambat, sementara saham Microsoft naik hampir 4%, meninggalkan Nasdaq 100 berjangka 0,4% lebih rendah di perdagangan sesi Asia hari ini.

Indeks blue-chip CSI300 Tiongkok, yang berada di dekat posisi terendah empat tahun, naik 0,5%.

Adapun parlemen China menyetujui penerbitan obligasi senilai 1 triliun yuan atau setara US$137 miliar. Media milik pemerintah China melaporkan bahwa dana hasil penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk membangun kembali zona bencana dan meningkatkan infrastruktur.

Hal lain turut membantu sentimen pasar Asia yakni perusahaan investasi milik pemerintah China, Central Huijin yang mengumumkan akan membeli dana yang diperdagangkan di bursa.

Di pasar mata uang, euro mempertahankan penurunan pada US$1,0601, setelah turun ketika PMI komposit zona euro jatuh lebih dalam ke wilayah kontraksi.

Yen berada di level 149,84, kemungkinan distabilkan oleh tekanan jual yang terus-menerus yang sempat mendorong penguatan imbal hasil obligasi Jepang. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor sepuluh tahun menyentuh level tertinggi dalam satu dekade di 0,865%.

Dolar Australia menjadi pemenang yang paling menonjol, naik lebih dari 0,5% hingga menyentuh level tertinggi dua minggu di $0,64.

Laju inflasi tahunan di Australia melambat pada kuartal ketiga, namun ukuran inti yang dipilih oleh Reserve Bank of Australia (RBA) naik 1,2% melampaui perkiraan 1,1%.

"Kami menganggap peningkatan inflasi selama kuartal ketiga 2023 cukup kuat bagi RBA untuk bertindak berdasarkan bias kenaikan suku bunga mereka pada pertemuan Dewan mendatang," kata analis di CBA.

Gubernur RBA Michele Bullock akan hadir di hadapan komite parlemen pada hari Kamis.

Di pasar komorditas, harga minyak mentah berjangka Brent stabil di US$87,92 per barel, seiring dengan melemahnya perekonomian Eropa yang mendorong para pedagang untuk mengurangi keuntungan yang diperoleh setelah konflik di Timur Tengah.

Amerika Serikat dan Rusia termasuk di antara beberapa negara yang mendorong penghentian pertempuran antara Israel dan Hamas untuk memungkinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper