Bisnis.com, JAKARTA – Capital A Bhd., induk AsiaAsia di Malaysia berencana menggalang dana senilai US$1 miliar setara Rp15,87 triliun dari sumber utang dan penerbitan saham. Perusahaan juga akan mencatatkan saham beberapa unit bisnisnya melalui jalur special purpose acquisition company (SPAC).
Sumber Financial Times (FT) melaporkan CEO Capital A Tony Fernandes telah menyetujui kesepakatan dengan Aetherium Acquisition, sebuah perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC), dan berencana untuk mencatatkan saham perdana beberapa unit bisnis pada tahun depan.
Unit bisnis yang akan berkolaborasi dengan SPAC itu termasuk bisnis baru yang bertujuan memperluas merek AirAsia ke perusahaan-perusahaan sebagai waralaba maskapai penerbangan di negara-negara berkembang.
Grup AirAsia sebelumnya telah mengevaluasi opsi penggalangan dana untuk rencana listing di Bursa AS setelah perusahaan tersebut terkena dampak pandemi pembatasan perjalanan di Asia, sehingga Bursa Malaysia Securities mengklasifikasikannya sebagai perusahaan PN17, atau mengalami tekanan finansial, pada tahun lalu.
“Adapun potensi penggalangan dana juga mencakup pinjaman US$150 juta dari Bangkok Bank bulan ini,” kata laporan FT, dilansir dari Reuters, Rabu (25/10/2023).
Baca Juga
Baru-baru ini Tony Fernandes membuat heboh media sosial setelah membagikan foto dirinya sedang dipijat tanpa busana saat rapat manajemen.
Fernandes mengunggah fotonya pada minggu lalu di LinkedIn, di mana ia memuji budaya kerja perusahaannya. Namun unggahan foto ini justru mendapat serangan dari para netizen lantaran foto tersebut dinilai mencerminkan lingkungan kerja yang tidak pantas.
Dalam postingannya, Fernandes mengatakan bahwa dia mengalami minggu yang menegangkan, sehingga seorang rekannya menyarankan agar dia dipijat. Foto itu menggambarkan dia sedang duduk di ruang konferensi kantor, bahunya digosok oleh seorang pekerja.
“Saya harus mencintai budaya Indonesia dan AirAsia sehingga saya bisa dipijat dan melakukan pertemuan manajemen,” tulis Fernandes.
Postingan tersebut dihapus beberapa hari kemudian setelah mendapat gelombang kritik, dengan banyak pengguna LinkedIn mengatakan perilakunya tidak profesional. Salah satu kritikus menyatakan bahwa hal itu dapat membuat orang lain di tempat kerja merasa tidak nyaman.
“Saya rasa karyawan perempuan di perusahaan Anda tidak akan merasa nyaman atau aman dalam konteks ini, dan mengingat Anda adalah bosnya, kemungkinan besar mereka tidak akan menantang Anda atau mengatakan apa pun,” komentar salah satu pengguna LinkedIn.