Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah sektor saham dirugikan oleh keputusan Bank Indonesia (BI) dalam menaikkan suku bunga acuan ke level 6 persen.
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 18-19 Oktober 2023, BI menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin ke level 6 persen.
Hal itu berimbas pada penutupan perdagangan Sesi I hari ini, Senin (23/10/2023), karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,26 persen atau 86,20 poin ke level 6.762,96. Kapitalisasi pasar terpantau menjadi Rp10.508 triliun.
IHSG bergerak pada rentang 6.730,87 sampai 6.853,44. Terpantau 128 saham menguat, 419 saham melemah, dan 172 saham berada dalam posisi stagnan.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Frankie WP mengatakan sektor saham yang tidak diuntungkan dengan adanya kenaikan suku bunga adalah emiten-emiten dengan beban keuangan yang besar.
“Sektor yang tersandung dengan kenaikan suku bunga, utamanya adalah emiten-emiten yang memiliki beban keuangan yang besar seperti sektor konstruksi. Tetapi, sektor teknologi juga turut terdampak karena pengetatan yang terjadi juga menyebabkan pengetatan pada pendanaan.” kata Frankie kepada Bisnis, Senin (23/10/2023).
Baca Juga
Selain itu, Frankie menambahkan, sektor properti juga termasuk yang tidak diuntungkan. Di mana kenaikan suku bunga turut mendongkrak bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yang dapat menurunkan minat beli masyarakat akan properti sementara waktu.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus menyebutkan sektor-sektor saham yang tidak diuntungkan oleh kenaikan suku bunga.
“Sektor yang tidak diuntungkan adalah properti, consumer goods, consumer non-cyclical, otomotif.” kata Nico kepada Bisnis, Senin (23/10/2023).
Sebelumnya, Nico menjelaskan bahwa permasalahan yang ditimbulkan dari kenaikan suku bunga acuan adalah turunnya tingkat konsumsi, nilai investasi, daya beli, serta pendapatan perusahaan. Kini, kurs rupiah pun sudah berada di level Rp15.800 yang artinya terdapat capital outflow.
“Kenaikan suku bunga akan menurunkan nilai investasi, khususnya di aset-aset yang berisiko. Semua sektor saham berisiko, tapi sebetulnya yang mesti diperhatikan adalah sektor mana yang defensif. Sejauh ini, sektor healthcare adalah salah satu sektor yang defensif.” kata Nico. (Daffa Naufal Ramadhan)