Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) menyentuh posisi terendah atau all time low di posisi Rp58 sekalipun sudah diborong oleh Patrick Walujo. Akibat kabar rencana penjualan saham oleh para founder dan kenaikan harga suku bunga Bank Indonesia.
Sebelumnya, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis, (19/10/2023), BI menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin ke level 6% untuk yang pertama kalinya sejak Januari 2023.
Alhasil, beberapa saham teknologi mengalami penurunan, misalnya, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dibuka menyentuh all time low ke level Rp58 pada perdagangan pagi ini, Jumat, (20/10/2023). Selama 45 menit perdagangan, saham GOTO bergerak di rentang Rp58-Rp62 per saham dan terkoreksi 4,69%.
Adapun, frekuensi transaksi saham GOTO sebanyak 10.847 kali, dengan volume 2,47 miliar saham. Alhasil, nilai transaksi tembus Rp148,75 miliar.
Sepanjang Oktober 2023, saham GOTO terus parkir di zona merah, terpantau hanya dua kali ditutup di zona hijau dan dua kali stagnan. Adapun sepanjang 2023, saham GOTO terkoreksi 31,18% dari posisi Rp93 per saham pada 2 Januari 2023, ke level Rp64 pada penutupan Kamis, (19/10/2023).
Sementara itu, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Sekretaris Perusahaan GOTO RA Koesoemohadiani mengatakan William Tanuwijaya dapat memiliki rencana untuk melakukan penjualan saham sampai dengan sejumlah 3,09 miliar saham seri A GOTO atau sekitar 15 persen dari total kepemilikan saat ini di perseroan dalam jangka waktu menengah.
Baca Juga
Koesoemohadiani mengatakan Andre Soelistyo juga dapat memiliki rencana untuk melakukan penjualan saham sampai dengan sejumlah 998,15 juta saham Seri A GOTO, sekitar 10% dari total kepemilikan sahamnya saat ini, dalam jangka waktu menengah.
Koesoemohadiani melanjutkan Kevin Aluwi saat ini sudah tidak lagi menjabat sebagai karyawan, pejabat, direktur, ataupun komisaris GOTO.
"Sejak tidak lagi memegang posisi-posisi tersebut di GOTO, beliau sudah melakukan penjualan saham dalam rangka diversifikasi dan menyeimbangkan kembali portofolio pribadinya," tutur Koesoemohadiani, Kamis (19/10/2023).
Di tengah rencana aksi tersebut, Patrick Walujo membeli saham GOTO Seri A di harga Rp67,5 per saham, sehingga total dana yang dikeluarkan Patrick sebesar Rp10 miliar pada awal pekan ini. Namun, jika dilihat dari nilai transaksi GOTO pada hari yang sama, sebesar Rp1,2 triliun, aksi pembelian itu hanya berkontribusi 0,82 persen terhadap pergerakan harga sahamnya.
Analis RHB Sekuritas Wendy Chandra mengungkapkan, pembelian saham GOTO oleh Patrick Walujo menunjukkan bahwa manajemen memiliki kepercayaan yang tinggi kalau GOTO on track.
“Ini menunjukkan bahwa manajemen memiliki kepercayaan yang tinggi kalau GOTO on track untuk bisa mencapai adjusted EBITDA positif, dan juga saat ini harga saham GOTO dinilai di bawah valuasi perusahaan.” kata Wendy kepada Bisnis, Junat (20/10/2023).
Setali tiga uang dengan GOTO, PT Bukalapak.com (BUKA), saham BUKA juga mengalami koreksi 1,92% ke posisi Rp204 per saham pada pukul 09.45 WIB. Sepanjang 45 menit perdagangan, saham BUKA bergerak di rentang Rp204-Rp210. Penurunan saham akibat sentimen kenaikan suku bunga acuan yang menekan pergerakan saham.
Pada pagi ini, saham BUKA diperdagangkan sebanyak 295 kali dengan volume 16,83 juta saham, nilai transaksi tembus Rp3,5 miliar. Secara year-to-date (ytd) saham BUKA terkoreksi 21,21% dari harga Rp264 pada awal Januari ke level Rp208 pada penutupan perdagangan kemarin.
Di lain sisi, emiten teknologi Grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli pergerakan sahamnya terpantau stagnan di level Rp452 per saham. Transaksi saham BELI pada pagi ini relatif sepi dengan frekuensi hanya 18 kali dan 60,7 ribu saham. Nilai transaksinya hanya sebesar Rp27,45 juta.
Menilik data Investing, gerak saham BELI stagnan alias tidak beranjak dari level Rp452 per saham sejak awal September 2023. Sekalipun mengalami penguatan, saham BELI hanya naik ke level Rpp454, lalu kembali lagi ke level Rp452. Adapun sejak awal tahun, saham BELI terkoreksi 3,82% ytd dari posisi Rp470 pada awal Januari ke level Rp452 per saham.
Perlu diketahui, Analis MarketBeat, Dan Scmidt dalam risetnya di laman resmi Nasdaq mengatakan, dampak kenaikan suku bunga paling terasa untuk saham-saham di sektor teknologi dibandingkan sektor lainnya.
Pasalnya, menurutnya perusahaan teknologi yang mayoritas merupakan perusahaan rintisan (startup) cenderung menghabiskan banyak uang untuk melakukan inovasi serta membawa produk dan layanan mereka ke arus utama.
Untuk meraih pendanaan aktivitas usaha dan inovasi tersebut, perusahaan teknologi perlu meminjam uang dari bank, alhasil ketika suku bunga naik maka biaya pinjaman modal juga meningkat.
"Meskipun banyak perusahaan teknologi dimiliki oleh konglomerat besar, namun banyak juga perusahaan teknologi yang kecil dan menengah yang tidak mempunyai akses terhadap modal murah," ujar Dan Schmidt dalam riset dikutip Jumat, (20/10/2023).
Senada, Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan saham teknologi sensitif terhadap kenaikan suku bunga akan menambah beban keuangan saham-saham sektor tersebut. Namun, saham di sektor perbankan justru mendapatkan sentimen positif dari kenaikan suku bunga.