Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Hanya Saham, Obligasi & Rupiah Terimbas Kenaikan Suku Bunga BI

Analis memandang kenaikan suku bunga BI tidak hanya berdampak ke IHSG, tetapi juga ke instrumen obligasi dan nilai tukar rupiah.
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI hari ini, Kamis (19/10/2023). Analis melihat aset-aset berisiko seperti saham, obligasi, hingga rupiah dapat terkena dampak dari peningkatan suku bunga ini. 

Associate Director of Research and Investments Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan peningkatan suku bunga oleh BI ini dilakukan untuk menjaga daya tarik Indonesia. 

Meski demikian, Nico menuturkan terdapat dampak dari peningkatan suku bunga ini seperti konsumsi yang mengalami penurunan, nilai investasi yang mengalami penurunan yang akan berakibat ke penurunan pendapatan perusahaan.

"Dampak ke aset berisiko seperti saham akan menjadi kurang menarik karena suku bunga mengalami kenaikan. Begitu juga imbal hasil obliagasi dengan suku bunga naik, imbal obligasi naik dan harga obligasi pasti turun," kata Nico kepada Bisnis, Kamis (19/10/2023). 

Dia melanjutkan peningkatan suku bunga menunjukkan sikap Indonesia untuk menatap kebijakan suku bunga The Fed mendatang. Selain itu, peningkatan suku bunga menurutnya juga dilakukan untuk menstabilkan kurs rupiah yang saat ini berada pada level Rp15.815 per dolar AS.

Meski demikian, Nico memandang dampak pelemahan dari peningkatan suku bunga terhadap IHSG hanya sementara saja. Pasalnya secara fundamental, dan fiskal berjalan Indonesia masih solid. 

"Cuma memang tekanannya memang terasa di pasar. Sekalipun kita baik-baik saja, kita harus menjaga daya tarik kita sebagai emerging market," tuturnya. 

Dengan peningkatan suku bunga ini, Nico menilai investor asing tidak akan pergi dari Indonesia. Melihat imbal hasil obligasi yang naik dan harga obligasi yang turun hal ini akan menjadi daya tarik bagi asing untuk mulai masuk ke pasar obligasi. 

Sementara itu, secara mikro dari kinerja perusahaan, Nico menilai kinerja perusahaan masih tetap akan baik. Adapun dia melihat saham-saham di sektor defensif seperti healthcare dapat dilirik oleh investor.

Sebaliknya, beberapa sektor diperkirakan akan terkena sentimen peningkatan suku bunga seperti perbankan, properti, teknologi, dan consumer goods.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper