Bisnis.com, JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) berpotensi meningkatkan kapasitas produksi nikel dalam matte menjadi 90.000 ton per tahun seiring dengan selesainya pengembangan kembali Tanur (Furnace) 4.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto menyebutkan kembali beroperasinya furnace 4 bahkan menjadi salah satu penopang produksi INCO yang nantinya diharapkan dapat mencapai 90.000 ton. Namun target 90.000 ton bukan pada tahun ini.
“F4 [furnace 4] rebuild hanya salah satu faktor, target 90.000 ton masih harus direncanakan dan budgeting terlebih dahulu,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (18/10/2023).
Bernardus menjelaskan memang harapannya produksi memang bisa mencapai 90.000 metrik ton dengan beberapa faktor pendukung seperti beroperasinya furnance secara optimal, nickel grade yang tinggi, availability dan utilisasi alat yang optimal.
Manajemen INCO menargetkan produksi nikel sepanjang 2023 dapat mencapai 70.000 metrik ton. Salah satunya faktor penopang produksi adalah kembali beroperasinya Tanur 4 setelah pembangunan ulang selesai pada semester I/2023.
Target produksi INCO tersebut naik dari 2022 sebanyak 60.090 ton dan 2021 sejumlah 65.388 ton. Pada 2020, produksi nikel INCO mencapai 72.237 ton.
Baca Juga
Sepanjang sembilan bulan tahun ini, INCO melaporkan produksi nikel sebanyak 61.644 ton atau jika dihitung sepanjang kuartal III/2023 INCO memproduksi nikel sebanyak 17.513 metrik ton.
Secara year-on-year, produksi nikel INCO sepanjang sembilan bulan naik 18% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang hanya memproduksi sebanyak 43.907 ton nikel.
Kegiatan pemeliharaan skala besar yang direncanakan berhasil diselesaikan pada semester I/2023 dan dikombinasikan dengan keandalan aset INCO yang baik, hal ini berkontribusi pada peningkatan produksi sebesar 6% pada kuartal III/2023 dibandingkan dengan kuartal II/2023.
Bernardus mengklaim jika peningkatan produksi INCO sepanjang 2023 tidak lepas dari keberhasilan kembalinya Furnace 4 ke performa optimalnya setelah menjalani pembangunan kembali tahun lalu.
Awal tahun lalu, Bernardus memberikan pernyataan bahwa produksi INCO sepanjang 2023 akan berada pada level 70.000 ton atau lebih tinggi dibandingkan dengan target sepanjang 2022.
Pada 2023, INCO juga berharap harga nikel masih bisa mendukung kinerja keuangan perseroan dengan bergerak di kisaran US$20.000 per ton.
INCO juga menganggarkan belanja modal untuk 2023 sebesar US$110 juta atau Rp1,71 triliun pada 2023 untuk memaksimalkan penyelesaian proyek di Pomalaa dan Bahodopi.
Bernardus menyebutkan, INCO akan menggelontorkan sekitar US$110 juta untuk sustaining capital, untuk pengembangan tambang baru dan juga injeksi ekuitas ke perusahaan patungan.