Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Nikel Vale Indonesia (INCO) Naik 18% per September 2023, Target 70.000 Ton

PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mencatatkan pertumbuhan produksi nikel 18% sepanjang Januari-September 2023.
Hafiyyan, Nyoman Ary Wahyudi
Hafiyyan & Nyoman Ary Wahyudi - Bisnis.com
Selasa, 17 Oktober 2023 | 17:06
CEO PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Febriany bersama Chairman Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited Chen Xuehua (Chairman Chen) dan rombongan mengecek pengerjaan smelter nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara. PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mencatatkan pertumbuhan produksi nikel 18% sepanjang Januari-September 2023.
CEO PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Febriany bersama Chairman Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited Chen Xuehua (Chairman Chen) dan rombongan mengecek pengerjaan smelter nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara. PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mencatatkan pertumbuhan produksi nikel 18% sepanjang Januari-September 2023.

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan logam PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mencatatkan pertumbuhan produksi nikel 18% sepanjang Januari-September 2023. INCO pun optimistis mencapai target produksi 70.000 ton tahun ini.

Febriny Eddy, CEO dan Presiden Direktur INCO, menyampaikan pada kuartal III/2023, perseroan memproduksi nikel dalam matte sejumlah 17.953 ton, naik dari kuartal II/2023 sebanyak 16.922 ton, dan kuartal III/2022 sebesar 17.513 ton. Sepanjang 9 bulan 2023, INCO memproduksi nikel dalam matte 51.644 ton, naik 18% dari 43.907 ton per September 2022.

"Hasil positif pertumbuhan produsi ini berkaitan dengan strategi pemeliharaan operasional yang telah diterapkan sebelumnya," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (17/10/2023).

Kegiatan pemeliharaan skala besar berhasil diselesaikn INCO pada semester I/2023. Febriany menambahkan, dengan keandalan aset perseroan, produksi INCO pun naik secara 6% secara kuartalan pada kuartal III/2023.

Adapun, peningkatan produksi nikel 18% sepanjang 9 bulan 2023 didukung kembali beroperasinya Furnace 4 ke performa optimal setelah menjalani pembangunan kembali pada 2022.

"INCO tetap optimis untuk mencapai target produksi setahun penuh pada tahun 2023, yaitu sekitar 70.000 ton," jelas Febriany.

Sementara itu, INCO menyiapkan investasi sekitar US$9 miliar atau setara dengan Rp138,24 triliun untuk pengembangan konsesi blok tambang yang terbagi ke dalam proyek Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa. 

Wakil Presiden Direktur INCO Adriansyah Chaniago mengatakan, perseroan telah mendapat perizinan yang cukup progresif dari pemerintah untuk menopang kemajuan ketiga proyek tersebut. 

Andriansyah menuturkan, proyek Bahodopi telah menyelesaikan 80 persen perizinan dan Pomalaa telah mendapat sekitar 50 persen dari perizinan yang diperlukan untuk mengesekusi komitmen investasi tersebut. 

“Total semua [investasi] tiga proyek itu akan sekitar US$9 miliar,” kata Andriansyah saat ditemui di Jakarta, Rabu (13/9/2023). 

Nominal itu menjadi komitmen investasi INCO selepas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyetujui Rencana Pengembangan Seluruh Wilayah (RPSW) pada 10 April 2023 lalu. 

Dengan disetujuinya dokumen RPSW itu, INCO telah mengajukan permohonan konversi kontrak karya menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) ke Kementerian ESDM pada 17 April 2023. 

Lewat RPSW yang baru itu, INCO berkomitmen untuk menaikan kapasitas produksi mixed hydroxide precipitate (MHP) menjadi sekitar 120.000 ton per tahun bersama dengan Huayou. 

Selain itu, proyek Sorowako ditargetkan dapat membangun pabrik HPAL dengan kapasitas produksi MHP sekitar 60.000 ton, yang berasal dari Sorowako-Malili dan Sorowako Outer Area (SOA). Sementara itu, fasilitas pemurnian di proyek Bahodopi ditargetkan dapat memproduksi sekitar 73.000 nikel per tahun. 

“Kapasitas produksi MHP akan menjadi 120.000 ton per tahun sudah disetujui masuk ke dalam proyek di Pomalaa,” kata Andriansyah.

Sebelumnya, Holding BUMN tambang MIND ID meminta pemerintah untuk mengkaji kembali rencana pengembangan wilayah INCO termasuk penciutan sebagian konsesi tembang seluas 118.435 hektare. 

Alasannya, INCO dinilai gagal memenuhi kewajiban investasi untuk proyek Sorowako, Pomalaa dan Bahodopi yang tertuang dalam kontrak karya (KK) hasil amandemen 17 Oktober 2014 lalu. 

Saat ini, mayoritas saham INCO dipegang oleh Vale Canada Limited (VCL) dengan porsi mencapai 44,3 persen. Adapun, VCL dimiliki 100 persen oleh Vale S.A. Sisanya, kepemilikan INCO dipegang oleh MIND ID sebesar 20 persen, Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. (SMM) 15 persen, dan publik 20,7 persen. 

Lewat beberapa kali negosiasi divestasi saham, INCO bersedia melepas 14 persen sahamnya kepada MIND ID, dengan tetap memegang kendali atas operasi dan finansial. VCL berkomitmen melepas 10,5 persen sahamnya sehingga kepemilikan di INCO menjadi 33,29 persen. 

Selanjutnya, SMM siap melepas 3,5 persen porsi sahamnya sehingga kepemilikannya menjadi 11,53 persen. Dengan pelepasan sebagian saham dua entitas asing itu, MIND ID bakal memegang saham mayoritas INCO menjadi 34 persen.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper