Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan 2023, Ekonom Ramal Kondisi Berbalik di Penghujung Tahun

Surplus neraca perdagangan Indonesia atau neraca yang menunjukkan keuntungan perdagangan internasional diestimasi defisit pada akhir tahun.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Neraca perdagangan akan surplus saat ekspor lebih besar dari impor sehingga mendatangkan dolar dari luar negeri. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Neraca perdagangan akan surplus saat ekspor lebih besar dari impor sehingga mendatangkan dolar dari luar negeri. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif mencapai US$27,75 miliar atau lebih rendah sekitar US$12,1 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Sementara untuk kuartal III/2023, kinerja neraca perdagangan turun 18,61% secara tahunan (year-on-year/yoy) akibat longsornya harga komoditas unggulan ekspor, seperti batu bara hingga CPO.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan meski secara tren terus mencatatkan surplus dalam 41 bulan terakhir, namun secara kumulatif memang capaian tersebut menyusut dari tahun lalu.

Dia melihat dari kinerja perdagangan kumulatif pada kuartal III/2023 tersebut, akan mendorong transaksi berjalan pada penghujung tahun berbalik defisit.

“Secara keseluruhan, kami memperkirakan transaksi berjalan pada tahun 2023 akan mencatat sedikit defisit sekitar 0,1% hingga 0,5% dari PDB [vs. surplus 0,96% dari PDB pada tahun 2022],” ulasnya dikutip Rabu, (18/10/2023).

Adapun, surplus perdagangan pada September 2023 utamanya didorong oleh penurunan pada semua kelompok impor, seperti impor barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal yang masing-masing turun sebesar 22,10% secara bulanan (month-to-month), 4.86%, dan 12.27%.

Impor barang konsumsi menurun di tengah penurunan impor beras selama musim panen, sementara impor bahan baku dan barang modal mengalami kontraksi di tengah perlambatan di sektor manufaktur karena kekhawatiran terhadap stabilitas Rupiah dan meningkatnya sentimen terhadap pemilu 2024.

Menurut Josua, selama tahun pemilu, banyak investor cenderung mengambil tindakan "wait and see" dan dengan demikian menghentikan ekspansi mereka. Meski demikian, Josua masih melihat ekonomi domestik yang cukup kuat hingga kuartal III/2023.

Terbukti dari data BPS yang masih mencatat impor barang konsumsi dan barang modal tumbuh sebesar 7,34% (yoy) dan 9,11% pada Januari-September 2023, meski, impor bahan baku secara kumulatif turun 13,32% (yoy).

Secara umum, BPS membukukan kinerja ekspor secara kumulatif yang tumbuh melambat, menjadi -12,34% atau dari US$219,34 miliar pada periode yang sama tahun lalu menjadi US$192,27 miliar.

Sementara impor secara kumulatif harus turun dari US$179,49 miliar pada tahun lalu menjadi US$164,52 miliar atau -8,34%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper