Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Turun, Pasar Soroti Stok AS Ketimbang Perang Israel vs Hamas

Harga West Texas Intermediate (WTI) menetap di bawah US$83 per barel karena persediaan AS naik 10,2 juta barel.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah turun pada akhir perdagangan Kamis (12/10/2023) waktu setempat setelah stok minyak Amerika Serikat (AS) meningkat, memberikan penyangga terhadap meningkatnya risiko geopolitik di Israel dan Gaza.

Mengutip Bloomberg, Jumat (13/10/2023), harga West Texas Intermediate (WTI) menetap di bawah US$83 per barel karena persediaan AS naik 10,2 juta barel, atau peningkatan terbesar sejak Februari 2023.

Sementara itu, permintaan bensin terus berada di dekat posisi terendah tahun 2008, mendorong harga bensin berjangka menetap di sekitar US$2,17 per galon, terendah sejak Desember 2022. Meskipun terjadi kemunduran, para pedagang masih terus mencermati perkembangan di Israel menjelang serangan darat yang diperkirakan akan terjadi ke Jalur Gaza.

Harga minyak mentah juga berada di bawah tekanan dari penguatan dolar dan laporan Badan Energi Internasional yang menunjukkan tanda-tanda penurunan permintaan di beberapa wilayah.

Ketika para pedagang berupaya mengukur risiko pasokan akibat perang Israel-Hamas, otoritas AS juga memperkuat penegakan pembatasan minyak mentah Rusia.

Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada dua perusahaan dan memblokir kapal-kapal yang dituduh mengangkut minyak Rusia dengan harga di atas batas yang ditetapkan setelah invasi mereka ke Ukraina. Langkah ini merupakan dampak dari Rusia yang membangun armada kapalnya sendiri untuk menghindari batasan harga.

Minyak mengalami minggu yang bergejolak setelah guncangan awal akibat serangan Hamas ke Israel, dan pasar berusaha memperhitungkan potensi dampaknya. Ada kekhawatiran bahwa konflik akan menyebar ke seluruh kawasan dan membahayakan aliran minyak mentah.

Dalam sebuah wawancara di TV pemerintah Rusia, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan produsen minyak akan terus bertindak untuk mendukung pasar terlebih dahulu.

Selain itu, harga telah berayun karena data yang menunjukkan produksi AS mencapai rekor tertinggi dan kemungkinan kesepakatan antara AS dan Venezuela yang dapat meningkatkan aliran minyak mentah.

Tahun ini, Arab Saudi dan Rusia telah mempelopori pengurangan produksi dalam upaya untuk menguras persediaan dan meningkatkan harga. Pembatasan sukarela yang mereka lakukan telah memperkuat kesepakatan kolektif OPEC+ untuk mengurangi produksi. Pembatasan tersebut mendasari reli besar pada kuartal ketiga, dengan harga Brent mendekati US$100 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper