Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Profil Peter Sondakh Bos Rajawali Corp yang Dikabarkan Akan Jual Saham Archi Indonesia (ARCI)

Peter Sondakh yang kini jadi bos Group Rajawali pernah bangkrut berkali-kali sebelum di nobatkan sebagi orang terkaya ke-22 di Indonesia.
Arlina Laras,Farid Firdaus
Arlina Laras & Farid Firdaus - Bisnis.com
Jumat, 13 Oktober 2023 | 15:30
Peter Sondakh/Forbes
Peter Sondakh/Forbes

Bisnis.com, JAKARTA - Nama Peter Sondakh muncul lagi ke permukaan usai PT Rajawali Corp milik yang dinahkodainya dikabarkan tengah mempertimbangkan penjualan saham emiten penambang emas PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI).

Menurut sumber Bloomberg, Jumat (13/10/2023), Rajawali Corp bekerja sama dengan penasihat keuangan mengenai potensi divestasi tersebut dan mungkin memutuskan untuk tetap mempertahankan sahamnya.

Sumber anonim Bloomberg mengungkapkan, Rajawali yang memiliki sekitar 85 persen saham penambang tersebut, sedang mencari valuasi sekitar US$1 miliar untuk ARCI dalam sebuah kesepakatan.

Saham Archi telah meningkat sekitar 3% tahun ini, memberikan nilai pasar perusahaan sebesar Rp8,5 triliun atau setara US$540 juta. Diskusi atas penjualan saham ARCI sedang berlangsung dan belum ada kepastian Rajawali Corp akan melanjutkan transaksi atau tidak.

Perwakilan Archi mengatakan mereka tidak memiliki informasi mengenai kesepakatan tersebut karena ini merupakan urusan pemegang saham, sementara perwakilan Rajawali tidak menanggapi permintaan komentar melalui telepon dan email.

Terlepas dari aksi korporasinya tersebut, Rajawali Corpora sendiri sudah diketahui umum adalah milik pengusaha Peter Sondakh, orang terkaya ke-22 di Indonesia dengan harta kekayaan mencapai US$1,9 miliar atau setara dengan Rp28,7 triliun. 

Tentunya, untuk bisa sesukses sekarang, ternyata jiwa bisnis Peter Sondakh terasah setelah kematian mendadak sang Ayah. Bahkan, dirinya sempat mengalami kegagalan dalam membangun bisnis real estate.

Lantas, seperti apa sosok dan perjalanan bisnis dari Peter Sondakh? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.  

Melansir dari Rajawali Corpora, Peter Sondakh berhasil mengembangkan berbagai bisnisnya dan sukses menjadikan Rajawali Corpora menjadi salah satu perusahaan investasi terkemuka di Indonesia sejak 1984.

Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa kesuksesan Peter Sondakh ini datang dari sang Ayah yang jadi pengekspor kayu dan minyak kelapa sejak era 1950-an.

Berdasarkan Forbes, nyatanya Peter tidak melanjutkan studi kedokteran giginya demi bergabung dengan bisnis ayahnya pada tahun 1971. Hal tersebut otomatis, bertentangan dengan keinginan sang Ayah. Sehingga, sang Ayah pun enggan menyuruhnya bekerja mengumpulkan kayu di ladangnya.

Mengalami Bangkrut Pertama Kali

Akhirnya, ketika sang Ayah tidak menyetujui sikapnya, Peter pun memilih menggunakan uang ayahnya dan sebagian dari tabungannya sendiri untuk mulai membangun rumah murah yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Sayangnya, usaha tersebut mengalami kebangkrutan. 

Sempat merasa kecewa, tapi justru pengalaman itu menjadi bekal Peter untuk lebih memahami manajemen properti dan mengajarinya pentingnya mengetahui target pasar.

Lalu, pada tahun 1975 ayahnya meninggal karena serangan jantung pada usia 64 tahun saat Peter berusia 22 tahun. Hal ini menjadikan, Peter mau tak mau harus merawat ibu dan empat saudara perempuannya. Alhasil, Peter segera mengambil alih perusahaan dan mewarisi 20 karyawan dari bisnis sang Ayah.

Peter memang selalu bermimpi membuka hotel. Berbekal hubungan baik dengan teman Ayahnya, menjadikan dia bisa bermitra dan bisa membangun hotel Hyatt di Surabaya yang selesai pada tahun 1977.

Sejak saat itu Peter berfokus pada pengelolaan hotel dan membuat kesepakatan properti baru, sebagian besar di Singapura. Namun pada tahun 1982, ketika Singapura mengalami kehancuran properti, dia kehilangan banyak uangnya. Akhirnya, dia menjual bagian hotelnya ke Hyatt guna menghindari kebangkrutan.

"Saat itulah saya menyadari bahwa saya tidak bisa mengandalkan properti. Saat itulah saya belajar tentang diversifikasi,” jelasnya dilansir dari Forbes dalam artikel ‘Know Thyself’, Rabu (08/2/2023). 

Melakukan Diversifikasi Bisnis

Mulai dari 1984, Peter pun memulai Grup Rajawali dan memperluas bisnis lama ayahnya. Dia mengembangkan perusahaan pariwisata dan memulai usaha patungan dengan Bambang Trihatmodjo, mulai dari Grand Hyatt di Jakarta hingga untuk membangun jaringan televisi swasta pertama di Indonesia, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). 

Akan tetapi, kemitraan tersebut berakhir pada tahun 2002, ketika perselisihan di antara para mitra membuat Peter memutuskan untuk menjual sahamnya di jaringan tersebut.

Sementara Peter terus membangun cabang bisnisnya yang lain. Pada tahun 1989, dia mendirikan Bank Pos dalam kemitraan terpisah. Dua tahun kemudian ia mendapat pengakuan internasional ketika pemerintah meminta Rajawali mengambil alih pabrik rokok PT Bentoel Group, yang kini menjadi perusahaan rokok terbesar di Indonesia.

Kemudian dia juga mulai merambah pada bisnis transportasi dengan mendirikan perusahaan taksi Express Group di tahun 1989.

Beberapa bisnis yang sempat dia miliki, mulai dari perusahaan taksi Express Group di tahun 1989, PT Excelcomindo Pratama (XL) hingga Pabrik semen Semen Gresik, yang dibeli dari Cemex seharga US$337 juta pada tahun 2006, di mana saat ini setara dengan Rp5,08 triliun, yang hingga akhirnya mereka pun melepaskan sejumlah saham atas deretan bisnis tersebut.

Kini, bos Rajawali tidak hanya memilki banyak hotel dan resor kelas atas, di mana portofolio Rajawali meliputi agrikultur, media dan pertambangan. Mulai dari, PT Eagle High Plantations Tbk., (BWPT), lalu ada Velo Center sebagai jaringan IT, lalu di bagian media ada Rajawali Televisi dan Fortuna Indonesia. Sementara itu, di bidang pertambangan ada Golden Eagle Energy Tbk., (SMMT) Archi Indonesia Tbk., (ARCI) dan Indo Mines Ltd.

Aset lainnya di bidang properti, seperti St. Regis Bali, The Four Seasons Hotel Jakarta, Langkawi International Convention Center di Malaysia, St. Regis Langkawi Hotels and Resorts, dan St Regis Hotel and Residences Jakarta.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper