Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi fluktuatif namun akan ditutup melemah di rentang Rp16.490-Rp16.520 per dolar AS pada perdagangan pekan depan, Senin (1/9/2025), di tengah situasi sosial-politik yang memanas di dalam negeri akibat demonstrasi yang berujung jatuhnya korban sipil.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan akhir pekan ini, Jumat (29/8/2025) dengan melemah 0,90% ke level ke Rp16.499,50 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau menguat 0,12% ke posisi 97,93.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi memprediksi pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan berlanjut pada perdagangan Senin pekan depan. Menurutnya, sentimen yang menyertai pergerakan mata uang rupiah di perdagangan adalah kondisi sosial dan politik dalam negeri yang memanas sejak Kamis lalu.
"Ketegangan sosial dan politik dalam negeri yang memanas sejak Kamis (28/8/2025) terus akan memanas. Apalagi, bumbu-bumbu sebelumnya di mana pemerintah akan memberikan tunjangan untuk perumahan terhadap DPR, ini pun juga membuat satu ketegangan tersendiri," ujar Ibrahim dalam analisanya, Jumat (29/8/2025).
Ibrahim melihat kondisi ini akan semakin panas, imbas adanya korban jiwa pada aksi demonstrasi kemarin. Selain itu, menurutnya birokrasi yang kental dengan kolusi dan nepotisme juga membuat kecemburuan tersendiri bagi para profesional lainnya yang selama ini masih belum memiliki pekerjaan.
"Sehingga wajar ketimpangan semakin tajam dalam pemerintahan Prabowo-Gibran saat ini," tegasnya.
Baca Juga
Sementara dari sentimen global, data yang dirilis Amerika Serikat menunjukkan ekonomi negara Paman Sam tersebut tumbuh pesat. Indikasinya, jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun yang menyiratkan penguatan pasar tenaga kerja.
Selain itu, PDB kuartal II tahun ini di AS menunjukkan ekspansi tahunan sebesar 3,3%, melampaui proyeksi pertumbuhan di level 3,1% dari posisi semula di 3,0%. Selain itu, klaim pengangguran awal juga turun menjadi 229.000, sedikit lebih baik dari konsensus yang meramal di level 230.000.
Katalis berikutnya tidak jauh dari perkembangan Bank Sentral, di mana Gubernur The Fed, Lisa Cook yang telah dipecat Trump mengajukan gugatan dan memicu pertikaian bersejarah atas independensi bank sentral AS. Polemik tersebut mewarnai keputusan The Fed untuk menetapkan suku bunga pada September nanti.
Dengan semua faktor yang dia jabarkan itu, Ibrahim memprediksi rupiah di hari pertama perdagangan pekan depan akan terdepresiasi lagi.
"Untuk perdagangan Senin depan mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp16.490-Rp16.520," pungkasnya.