Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,20 persen ke level 6.888 pada perdagangan hari ini, Jumat (6/10/2023). Meski begitu, nilai transaksi harian Bursa justru mengalami penurunan 29,27 persen menjadi Rp7,95 triliun dari Rp11,24 triliun pada penutupan kemarin (5/10).
Mengutip RTI Business, IHSG naik 0,20 persen atau 13,69 poin ke level 6.888,51 pada perdagangan hari ini. IHSG bergerak pada rentang 6.888 hingga 6.913 sepanjang sesi.
Tercatat, 261 saham menguat, 252 saham melemah, dan 242 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau menjadi Rp10.287 triliun.
Di tengah kondisi tersebut, sejumlah saham terpantau laris diborong investor hari ini, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan nilai transaksi Rp482,8 miliar sampai dengan penutupan hari ini. Adapun saham BBCA terpantau turun 0,55 persen ke harga Rp9.025. Terlaris kedua ditempati oleh saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan nilai transaksi mencapai Rp364,7 miliar. Saham BBRI terpantau stagnan di level Rp5.175.
Kemudian di posisi ketiga saham paling laris diisi oleh PT Amman Mineral International Tbk. (AMMN) yang juga melemah 0,40 persen atau 25 poin ke level Rp6.275. Saham AMMN mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp329,5 miliar hari ini.
Adapun, emiten big caps yang parkir di zona hijau diantaranya, Saham EMTK yang melesat 11,21 persen ke posisi Rp645. Selanjutnya saham BRPT juga menguat 7,97 persen ke level Rp1.355. Saham MBMA juga terpantau naik 5,41 persen atau 40 poin ke posisi Rp780.
Baca Juga
Sementara saham terboncos atau top losers hari ini ditempati oleh KOCI yang ambles 30 persen ke level Rp84 per saham, disusul PPRI yang terpangkas 16,67 persen ke posisi Rp90 per saham, diposisi selanjutnya ada saham META dan HEXA yang turun masing-masing 14,93 persen dan 14,72 persen.
Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan IHSG diperkirakan kembali fluktuatif di kisaran pivot 6.850 pada Jumat (6/10). Kondisi ini didasari oleh terbentuknya pola inverted dragonfly doji pada Kamis (5/10) yang mengindikasikan tekanan jual masih cukup besar pada IHSG.
"Level resisten IHSG berada di 6.910, sedangkan level pivot di 6.850 dan level 6.790," ujar Valdy dalam risetnya, Jumat, (6/10/2023).
Dia mengatakan, dari sentimen global, data-data sektor ketenagakerjaan AS yang dijadwalkan rilis pada malam ini akan menjadi fokus pelaku pasar. Mengingat data ketenagakerjaan merupakan salah satu data yang paling menentukan arah kebijakan The Fed, selain inflasi.
Kondisi tersebut berdampak positif pada nilai tukar rupiah yang menguat 0,10 persen ke Rp15.610 per dolar AS pada Kamis (5/10) sore. Menurutnya, rebound rupiah diyakini masih berlanjut hari ini dan berpotensi menjadi sentimen positif bagi IHSG.
Indeks-indeks Wall Street berakhir flat pada perdagangan kemarin. Pergerakan tersebut dipengaruhi oleh antisipasi pelaku pasar terhadap data ketengakerjaan AS yang rilis hari ini. US Initial Jobless Claims naik ke 207.000 di pekan lalu dari 205.000 di pekan sebelumnya.
CME FedWatch Tools mencatat peluang kenaikan The Fed Rate pada November 2023 sebesar 22,3 persen. Sementara peluang kenaikan The Fed Rate di FOMC Desember 2023 mencapai 29,4 persen. Dengan demikian, spekulasi kenaikan suku bunga The Fed di November 2023 dan spekulasi penundaan kenaikan The Fed Rate relatif sama kuat.
Selanjutnya, pasar menantikan data US Non Farm Payrolls dan US Unemployment Rate yang dijadwalkan rilis hari ini. Kedua data tersebut merupakan major data ketenagakerjaan yang berpotensi mempengaruhi arah kebijakan The Fed.
Adapun, mayoritas indeks di Eropa ditutup menguat pada Kamis (5/10). Relatif hanya DAX Germany yang melemah -0,20 persen. Pelemahan ini disebabkan oleh realisasi penurunan nilai ekspor -1,2 persen year-on-year (yoy) dan impor -0,4 persen yoy pada Agustus 2023 yang lebih dalam dari perkiraan.
Sikap wait and see berdampak pada pelemahan lanjutan harga minyak. Harga brent oil melemah 2,03 persen ke US$84,07 per barel, sementara harga crude oil turun 2,3 persen ke US$82,31 per barel. Pelemahan harga komoditas energi berpotensi meningkatkan margin pada emiten-emiten yang fokus pada distribusi energi di Indonesia.