Bisnis.com, JAKARTA – Pemilu 2024 diramal menjadi salah satu katalis penopang pergerakan IHSG bertahan di atas level 7.000 sampai dengan akhir tahun ini.
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menyebutkan pihaknya melihat peluang indeks harga saham gabungan (IHSG) yang dapat bertahan dan melaju di atas 7.000 hingga akhir tahun. Prediksi tersebut disebabkan karena fundamental dan fiskal ekonomi Indonesia masih kuat dan sehat serta kinerja emiten yang masih terjaga di tengah perlambatan ekonomi dunia.
“Kondisi itu menjadi daya tarik investor asing yang menaruh hati pada investasi di Indonesia,” katanya menjawab pertanyaan Bisnis, Minggu (24/9/2023).
Selain fundamental yang kuat dan fiskal berjalan yang sehat, kata Nicodemus, kali ini kekuatan akan datang dari adanya pemilu pada awal tahun 2024. Di tengah situasi dan kondisi yang kian tidak pasti, pemilu merupakah momen yang menarik untuk dicermati. Pasalnya pelaku pasar dan investor sedang mencermati siapa Cawapres yang akan menemani Capres dalam pemilu mendatang.
“Perhatian seluruhnya kepada Cawapres, Oktober mendatang merupakan bulan yang sangat penting, karena di saat itulah calon akan mendaftarkan diri mengikuti pemilu,” jelasnya.
Oleh sebab itu, apabila ternyata calon cawapres dan capres ini berkenan di hati pasar yang mampu meneruskan program atau bahkan memberikan program yang lebih baik daripada yang sudah ada, tentu hal ini akan disukai oleh pasar. Hal ini akan menjadi amunisi penting bagi IHSG untuk bertahan di atas lebih 7.000 dan bertahan di tengah ketidakpastian pelaku pasar dan investor.
Baca Juga
Meski diyakini bisa berada di atas 7.000, Nicodemus mengatakan bahwa tahun ini memang tahun yang tidak mudah bagi IHSG. Harga komoditas yang volatil cenderung turun akibat permintaan global yang melemah serta tingginya inflasi dan suku bunga menjadi tekanan bagi IHSG.
Terlebih, Arab Saudi memastikan untuk mengurangi produksi minyaknya, untuk menjaga stabilitas harga minyak dunia hingga akhir tahun. Tentu saja, kenaikan harga minyak hingga akhir tahun, semakin membuat proyeksi inflasi semakin kian tidak pasti di tengah usaha dan kerja keras tingkat suku bunga yang sudah cenderung mengalami kenaikan.
“Belum lagi, perlambatan ekonomi China yang kian semakin terpuruk meskipun dalam beberapa minggu terakhir China mampu untuk pulih meskipun belum sepenuhnya,” jelasnya.
Selain itu, The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga 1 kali lagi pada bulan November mendatang. Namun, pihaknya menilai bahwa kekuatan ekonomi dan pemilu akan memberikan Indonesia bantalan untuk menghadapi ketidakpastian tersebut.
Di tengah kondisi tersebut, beberapa sektor menurut Nicodemus masih akan menarik untuk diperhatikan. Sebut saja sektor consumer non-cyclical menjelang pemilu, sektor perbankan, sektor energy akibat adanya pemangkasan produksi minyak, transportasi dan logistic, basic materials dan infrastructure yang akan jadi salah satu pendorong IHSG kuartal IV/2023.